Jumat, 07 Desember 2018

Reminiscent. #MyLifeUpdate2

Diposting oleh Alda Putri di 10.13 0 komentar
Tanggal 08 Desember 2018 pukul 0:19 WIB.

Tadinya aku sudah berniat untuk tidur, tengah meringkuk di dalam selimut yang sesekali diterpa angin dan tak sengaja mendengar salah satu lagu piano yang dibawakan oleh Yiruma, Kiss The Rain. Mungkin bagi kalian lagu ini hanyalah lagu biasa, lumayan sangat sering dinyalakan di mall-mall atau Gramedia yang sering kalian kunjungi. Memang, ia cukup terkenal saat membawakan Kiss The Rain, tapi bagiku ada beberapa surat yang tersampaikan disaat aku mendengarnya. Kamu, yang ingin mengenalku, yuk aku bawa jalan-jalan ke masa SMA ku, lebih tepatnya empat setengah tahun yang lalu, Bulan Agustus tahun 2014..

Aku kala itu baru duduk di bangku SMA, lebih tepatnya kelas 2. Tahun-tahun baruku sebagai anak IPA cukup membuatku betah berlama-lama di perpustakaan. Aku dulu pernah bersekolah dan akhirnya menyandang status alumni SMA Sutomo 1, Medan. Aku hanya siswi biasa, yang setiap istirahat selalu menyempatkan diri untuk ke perpustakaan bersama dua sahabatku kala itu, Velda dan Sabella. Khallista kemana? Kami baru dekat saat menginjak kelas tiga..

Mata pelajaran kesukaanku selain kimia, yakni biologi, sempat menjadi subjek favoritku saat meminjam buku. Kamu perlu tahu kalau perpustakaan di sekolahku sangat nyaman. Buku-buku tertata rapih di setiap rak, empat meja yang digabung menjadi satu di bagian belakang adalah spot langgananku. Begitu masuk, kalian akan disambut ramah oleh harum buku baru yang dihiasi cat tembok berwarna putih, serta beberapa kaligrafi aksara cina. Ada seorang ibu yang terkenal galak yang merupakan pustakawan (atau pustakawati?), tapi karena aku sering berkunjung, ibu itu malah sering tersenyum-senyum dan menggodaku yang baru mau pulang saat perpustakaan akan tutup, jam 5.30 sore kalau tidak salah..

Aku juga senang meminjam buku matematika, karena matematika di kelas dua sungguh membuat kepalaku berdenyut. Aku tidak begitu pandai dalam mata pelajaran IPA, justru nilai IPSku jauh lebih tinggi kemarin. Mengherankan kenapa aku tetap terpilih untuk masuk IPA, yah mungkin rencana Allah agar aku tetap dekat dengan sahabat-sahabatku..

Pernah suatu saat aku bolos les fisika di sekolah dan malah pergi ke perpustakaan sambil menunggu jam les selesai. Secara tidak sengaja aku malah menemukan novel berjudul Negeri 5 Menara karangan Ahmad Fuadi cetakan pertama kala itu. Aku hanya membacanya sekitar 30-an halaman, karena aku sempat meninggalkan buku itu di meja dan bergegas ke toilet sebelum buku itu lenyap. Jahat memang...

Aku masih ingat betul bagaimana ceritanya dan sampai mana aku berhenti membaca, aku juga masih mengingat jam berapa aku pulang dan bergegas ke parkiran untuk mengambil motor. Aku sudah naik motor sendiri saat kelas 1 SMA karena mama mulai sibuk bekerja, mamaku single parent. Aku masih ingat kalau Medan masih terang sekalipun jam sudah menunjukkan pukul setengah 7. Aku mulai merindukan kota kelahiranku...

Biasanya kalau Sabina juga bolos, aku akan duduk bersamanya di kantin Blok F dekat aquarium ikan arwana. Kami biasanya menceritakan kejadian-kejadian lucu, sampai ke kesedihanku yang sempat berjauhan dengan sahabatku, Vidya. Biasanya juga kami menyontek PR yang harus dikumpulkan besok bersama, atau terkadang jajan diluar dan diam-diam memakannya di kantin. Aku dulu suka sekali membeli mie goreng dengan bumbu kriuk di kantin Blok B dan F. Kalau ingin mie yang sebesar ulat, biasanya bakalan beli di kantin Blok A..

Aku baru sadar bahwa aku merindukan masa-masa SMAku seberat ini, aku benar-benar merindukan waktu dimana aku masih bisa menunggu Sabella yang berlarian tiap pagi karena terlambat, padahal rumahnya hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit berjalan kaki dari sekolah. Aku juga suka tertawa mengingat bagaimana caraku untuk mencoba berkomunikasi dengan teman laki-lakiku yang sempat kutaksir hanya dengan cara menanyakan PR, lebih tepatnya sih minta contekan. Sayang sekali, aku malah pacaran sama temannya haha...

Aku juga rindu mama yang masih belum beruban dan selalu melotot ketika melihat nilai fisikaku yang anjlok, aku memang tak ada bakat sama sekali dalam hal dunia per-fisika-an. Aku rindu membawa motor tiap sore di jalanan macet sekolahku jika aku terlambat keluar hanya beberapa menit. Aku rindu papa, yang akhirnya hadir ke dalam keluargaku, mengantarku pagi-pagi dengan kecepatan cheetah karena aku terlambat. Aku rindu mbak Yuni yang datang dari rumah saat jam makan siang untuk membawakanku bekal...

Saat aku naik ke kelas 3 SMA, aku mulai les GO di semester kedua. Aku dulu juga sempat les bahasa Perancis dengan Benhur dan les 3 mata pelajaran IPA di sekolahku setiap senin selasa rabu. Masa kelas 3 SMAku juga menyenangkan karena wali kelasku, pak HL, selalu menghibur walaupun killer. Aku sudah mulai jarang ke perpustakaan saat kelas 3 semester 2 karena kebanyakan waktu kuhabiskan di GO. Nah, aku juga mulai merindukan masa-masa SMA kelas 3 ku, sangat..

Aku rindu mengitari jalanan medan sesaat pulang dari GO dengan salah satu temanku. Aku rindu mendatangi AF Medan (tempat les bahasa perancis ya, bukan alda fifin ehe ehe) dengan semangat. Terlebih aku rindu melihat semangat wali kelasku yang tengah berjuang melawan kanker stadium 4 dengan penuh senyum dan suka sekali menggodaku disaat berbicara dengan pacarku kala itu sambil memeragakan emot love dengan kedua tanganku. Pak HL, sehat-sehat ya..

Suasana SMAku memang benar-benar aku rindukan walaupun hecticnya terkadang kurang waras. Aku suka suasana sekolahku, aku suka kantinnya yang luas dan banyak, aku suka perpustakaannya, aku suka gedung lab yang jauh sendiri dari gedung lain, aku suka pondok yang ada aquarium ikan arwananya, aku suka ikut lomba tarik tambang yang disemangatin sama anak-anak cowok (karena mereka sudah kalah duluan haha), aku suka guru-gurunya walaupun killer, aku suka makan mie pangsit, mie goreng kriuk, mie goreng segede ulat, nasi lemak, nasi sayur, ayam KFC ala ala, kue ai ai blok A, tempe bacem blok F, sate padang blok F, pop ice dan teman-temannya, dan makanan-makanan yang tak bisa kusebutkan satu persatu..

Aku juga rindu dengan guru-guruku, terkhusus pak HL yang saat aku ngambil ijazah, beliau malah ingin mencoba memperkuat hasil penelitiannya kalau anak SMA yang pacaran di kelasnya (saat itu 6 pasang kalau ga salah) bakalan putus kalau sudah kuliah. Pak HL memang mewajibkan kami melapor kalau ada anak di kelas yang pacaran, bukan untuk dimarahi, tapi malah dijaga jangan sampai ketahuan orang tua haha, katanya juga buat semangat belajar. Aku rindu sama ibu-ibu penjaga perpustakaan yang ternyata rumahnya berdekatan dengan rumahku. Aku rindu teman-temanku yang sudah berjauhan dari ujung timur Jepang sampai ujung barat New York, dan yang terpenting, aku merindukan kehidupanku yang dulu. Tapi jangan khawatir, sekarang aku lebih merindukan kamu..

Minggu, 02 Desember 2018

Can't Wait for Christmas! #MyLifeUpdate1

Diposting oleh Alda Putri di 08.05 0 komentar
Kali ini aku sedang duduk berhadapan dengan meja belajar serta selimut yang melingkari seluruh punggung, tidak seperti biasanya yang menulis sambil berbaring di kasur. Beberapa lagu natal tengah mengalun, digelapnya kamarku yang sengaja dihiasi lampu natal kuning keemasan dan lampu belajar agar aku masih bisa melihat keyboard laptop. Aku memang bukan kristiani ataupun katolik, tetapi aku cukup menikmati setiap nuansa natal ditiap tahunnya. I can not wait for Christmas..

Aku penasaran bagaimana rasanya White Christmas, berjalan di antara dinginnya salju dan hangatnya damai natal. Biasanya aku hanya menonton TV, melihat bagaimana antusiasme natal di sekelilingku. Bagaimana mereka menghias pohon natal, membiarkan lagu-lagu natal mengalun sendu sampai ke tiap sudut rumah, dan makan malam keluarga bersama. Have Your Self A Merry Little Christmas sudah 6 kali diputar berulang...

Oh iya, besok tanggal 03 Desember 2018, gak terasa UAS dateng juga. Selesai sudah kelas terakhirku sebagai mahasiswa strata 1 Ilmu Hukum. Semua tuntas di 3,5 tahun dengan program kekhususan Hukum tentang Hubungan Internasional, terwujud juga tanpa perubahan plan dari awal (Insyaallah Cumlaude juga hehe). Berusaha konsisten dari awal dan fokus untuk belajar, walaupun sering banget kelupaan tentang teori-teori dasarnya. Insyaallah, minggu depan juga sudah maju pendadaran/sidang skripsi, doain ya...

Kemarin juga baru saja selesai presentasi program kerja untuk KKN, gak terasa tanggal 19 Desember nanti bakalan penerjunan juga. Semua mulai selesai satu per satu, aku tak sabar ingin mulai berpetualang kemana-mana setelah selesai perjalanan merantau pertamaku ini. Aku banyak merasakan perubahan, yang tentu positif. Aku juga banyak bertemu orang baru dan pengalaman baru, jauh merubahku sebelum keberangkatanku ke Yogyakarta...

Aku selalu tersenyum-senyum mengingat aku yang tetap konsisten untuk berjalan jauh dari kampung halamanku, aku bahkan berpikir untuk pergi sejauh mungkin dan membiarkan yang lain menjadi hal-hal lucu dan akan dikangenin esok atau lusa. Alda akan berpindah lagi, mungkin aku akan mulai lebih memikirkan kebahagiaanku dan agak santai dengan segala hubungan yang sedang kujalani. Aku juga ingin membuka jendela dan menghirup udara malam Kota London, memberi makan burung merpati di Notre Dame, berjalan di bawah kemerlap lampu Times Square, melempar bola salju di Moskow, menaiki kereta cepatnya Berlin, memakan jajanan di pinggir jalan Seoul, dan lainnya. Alda sudah siap 1000% dengan dunia barunya, jadi kamu yang lagi jadi pacarnya aku, siap-siap ya nemenin aku buat nemuin hal luar biasa di luar sana :)

Jumat, 16 November 2018

Jumat, 16 November 2018.

Diposting oleh Alda Putri di 07.42 0 komentar
Aku baru saja selesai menonton film yang lumayan membuatku sering tersenyum belakangan ini, sekaligus berpikir. Aku berpikir atau bahkan melamunkan tentang sebenarnya apa tujuan hidupku? Disini aku berhenti untuk menjadi realistis dan menahan sedikit ambisiusme, aku ingin berfokus pada kata "bahagia". Apa definisi bahagia, setidaknya, bagiku?

Mungkin definisi bahagia tiap orang berbeda, malah mungkin "memang" berbeda. Beberapa scene dalam film tersebut malah membuatku penasaran. Penasaran akan sebahagia apa dia, penasaran seberat apa masalah yang sudah dia lalui, dan penasaran akan selelah apa dia sampai akhirnya berdiri di titik itu?

Seperti apasih sebuah pernikahan itu? Sebahagia apa saat kamu berjalan di tengah kerumunan tamu di acara pernikahanmu? Sesenang apa rasanya jika dicintai sedalam itu? Sedamai apa rasanya jika tiap malam kau didekap seakan ia tak rela jauh darimu, barang sedetikpun? Sepanik apa rasanya jika masakanmu hambar padahal ia sudah lapar? Serepot apa kamu dipagi hari untuk menyiapkan segala kebutuhannya sebelum berangkat kerja? Sehangat apa kopi buatanmu untuknya yang harus duduk di depan laptop karena masih ada laporan kerja yang belum ia selesaikan? Secantik apa mug yang kau pakai? Bahkan, senyaman apa rasanya jika kau dipeluk dari belakang dan mendengar bahwa ia mencintaimu, tepat di sebelah daun telingamu?

Aku masih tetap bertanya-tanya, sampai sekarang. Sadar, bahwa pasti banyak hal yang harus dipersiapkan untuk satu kebahagiaan itu, tetapi malah keinginanku untuk penasaran semakin lama semakin surut. Aku rasa aku tak se-semangat itu untuk menghadapinya agar dapat menjawab lusinan pertanyaan di atas. Terkadang aku merasa, bahwa hidup sendirian tidak terlalu buruk.

Masa perkuliahanku juga akan berakhir beberapa bulan lagi, kelas terakhirku akan berakhir di tanggal 30 November nanti. Aku seperti tidak bisa mendeskripsikan apa perasaan yang tengah kuhadapi, senang, sedih, dan mungkin juga agak bersemangat untuk menghadapi duniaku yang sebenarnya. Aku tak sabar untuk memenuhi salah satu keinginanku, memiliki sebuah studio apartemen sederhana di tengah kota Jakarta lengkap dengan alat masaknya. Haha..

Keluargaku yang selalu berpindah-pindah membuatku benar-benar ingin memiliki kamar sendiri yang bisa kuhias semauku kelak. Mendorong troli sendirian di tengah-tengah toko perabot dan membiarkan diriku sibuk memilih barang apa yang harus kubeli duluan, karena pasti aku harus menyicil barang per barang sebelum berakhir tragis dengan gaji sebulanku yang habis sebelum waktunya -_-. Sweater merah muda oversize, sendal rumah, mug yang juga merah muda dengan hati merah darah di tengahnya yang berisi susu vanila dingin, sebuah kursi dengan sandaran punggung dan meja kecil di samping akan lengkap jika ditemani balkon 2x2 dari lantai atas dan angin malam Jakarta yang semilir.

Aku tahu kalau akan ada banyak hal untukku beradaptasi nanti, mengingat daya adaptasiku yang memang paling payah. Banyak masalah yang mungkin harus kuhadapi dan kupelajari, mungkin juga akan ada ribuan galon air mata yang menanti di depannya, tetapi aku percaya kalau Allah yang selalu kuandalkan dan yang menjadi tempat pertamaku berkeluh kesah akan melakukan apa yang terbaik untukku. Mungkin sekelilingku akan terasa sepi, tapi aku yakin ada saatnya aku akan dijemput oleh laki-laki yang dipilihkan Allah untukku. Kelak, semua akan indah pada waktunya, bukan?

Kamis, 08 November 2018

Hai

Diposting oleh Alda Putri di 06.53 0 komentar
Aku itu pencari kesedihan, paling senang menangis. Aku lebih memilih menikmatinya, tentram rasanya kalau hatiku berdenyut tiap menit. Aku sering bahagia, tapi selalu dibayang-bayangi olehmu...

Hai, sudah lama kita tak bersapa. Apa tulisan ini dapat disebut bersapa, ketika aku bersua dan kau hanya membaca? Aku menikmatinya, kubiarkan engkau memperhatikan dan terjerumus dalam kepura-puraanku. Bingung? Kau tak perlu bingung, tulisan ini memang untukmu. Untukmu yang tak terduga sebelumnya...

Jadi, bagaimana kabarmu? Aku rindu. Kau pasti tau kabarku, kau hanya pura-pura tuli. Biar saja, memang pintaku. Kau sehat? Masih bisa tertawa lepas? Yang paling membuatku penasaran, apakah kilau matamu saat tertawa itu masih sama?

Jumat, 21 September 2018

The Newest LDR Story

Diposting oleh Alda Putri di 10.05 0 komentar
Lagi ngetik postingan ini dengan hati yang berbunga-bunga, sengaja langsung dituang ke blog, niat hati biar bahagianya bisa dikenang setiap baca blog. Hai pacarku, pembaca setia blog pacarnya yang kemarin agak berkomentar ria akibat ada beberapa postingan lama tentang mantan. Yang sampe super duper ga rela kalau nama sabuknya mendekati nama mantanku, SUPER LUCUK KAMUUUUU :*

Berita sedih sekaligus membahagiakan, my PUBG-mate ku bakalan berangkat ke Jakarta besok. Bukan untuk menjadi anak Tangerang di pelosok yang isinya truk seabrek lagi, tapi officially jadi anak Jakarta Utara yang gampang banget kalo mau kepleset ke MOI. Envy banget sumpah, pengen juga pindah :( Jadi semangat nyelesain proposal, asal gak mas ajak buat PUBG mulu yak. Doakan pacarmu cepet-cepet wisuda, aku tak sabar mengakhiri masa LDR ini :(

Banyak memang tempat-tempat yang punya memori tersendiri, mungkin karna selalu ketemu di kota orang, khususnya Jakarta. Memang sih akhir-akhir kemarin selalu di Jogja, akhirnya punya kesempatan untuk mengisi memori baru di tiap sudut kota Jogja ya. Tapi, mungkin bagi kami berdua tuh Jakarta Utara dan sekitarnya punya makna tersendiri. Gak perlu dijabarkan lah ya kenapa, cukup kami berdua aja yang tau.

Beberapa bulan belakangan memang lumayan berat buat dilaluin, nguras kesabaran dan juga nguji seberapa kuat kita bisa berjuang. Selalu meluangkan waktu dan merelakan bahu untuk nyeritain keluh kesah, bahkan menangis beberapa kali. Tapi there's a rainbow after heavy rain and storm, kita lalui juga kan? Berlalu juga kan?

Semoga sayang disana betah ya, semoga semua berjalan sesuai rencana. Saling mengingatkan untuk selalu mengandalkan Allah di setiap urusan kita, saling mengingatkan juga kalau sholatnya ada yang bolong. Intinya semoga kita berdua menjadi pribadi yang lebih matang lagi kedepannya. Jaga diri mas baik-baik juga, we know how much we love each other. I love you to the moon and back sayangku, but I dont wanna back to the moon <3

Minggu, 16 September 2018

Minggu, 16 September 2018.

Diposting oleh Alda Putri di 00.24 0 komentar
Sudah tau akhirnya apa, tapi aku tetap kekeuh untuk melihat Kata Pengantar skripsinya.
Baru membaca nomer awal, sudah menangis. Memang sengaja, biar makin kebal.
Kita lihat sampai kapan kuat bertahan, sambil mempelajari ini cinta atau proses melepas versiku.

Senin, 20 Agustus 2018

Kembali, lalu pergi.

Diposting oleh Alda Putri di 08.30 0 komentar
Jadi kemarin, aku sebenarnya menunggu kau kembali. Lebih tepatnya, menunggu dirimu untuk meraihku yang tengah mendekat. Tapi apa? Kau merasa yang paling benar, kau seperti tuan takur yang tengah tertawa di atas ladang miliknya. Semuanya, tak sebercanda itu. Kau biarkan aku kehujanan lalu haus karena cuaca yang tak tentu. Aku sudah kembali dari perantauan yang tak ada hasilnya, tapi kau seakan menganggap kaulah yang paling benar dan pihak yang paling tersakiti. Lantas, aku beranjak dari tempatku semula. Aku merasa kau tak lagi butuh, atau terlalu takut meninggalkan zona nyamanmu. Pada akhirnya, hari ini, aku pergi...

Kamis, 16 Agustus 2018

Mencari Sesuatu?

Diposting oleh Alda Putri di 01.59 0 komentar
Kenapa? Kau berharap mendapatkan sesuatu yang menyenangkan bagimu setelah membuka blog-ku? Sayangnya, tidak. Kau mungkin mengira kau mengenalku, tapi kau belum. Jadi selamat datang di duniaku, yang tak mengitari orbit dan memiliki ribuan kotak berbentuk bundar...




DIYogyakarta, 16 Agustus 2018

Senin, 06 Agustus 2018

August, Time's up! Ciaoo~

Diposting oleh Alda Putri di 11.11 0 komentar
NP : Lovely - Billie Eilish ft. Khalid


Agustusku, beberapa minggu belakangan memang diisi oleh Fifin yang sedang pulang ke Jogja. Kami menyempatkan diri untuk ngalor-ngidul kesana kemari di tiap malamnya, menikmati malam minggu yang beruntun, pengganti malam minggu kemarin yang setiap hari berdoa agar hujan turun. Jadi, disini aku ingin menceritakan beberapa hal yang telah aku lewati dan juga apa yang kurencanakan...

Gempa Lombok memang tak berkesudahan, malah semakin runyam dengan kegaduhan 7SR-nya. Pak Malcom Turnbull pun sudah menawarkan bantuan, begitu yang kutonton. Belum lagi pesawat jatuh di Cali dan teror penembakan di Chicago. Semakin runyam memang, apalagi kota Yogyakarta tercintaku sedang dingin-dinginnya. Sampai pacarku menepikan motornya, memakai jaket dengan zip di belakang, agar tanganku bisa ikut hangat sembari memeluk punggung miliknya, katanya...

Semester yang kuharap menjadi semester terakhirku pun akan dimulai dalam beberapa hari kedepan. Kemarin juga aku baru saja mendaftar kelas IELTS Preparation-ku untuk akhir bulan Agustus. Placementku lumayan, setidaknya aku yang dulu terbata-bata dengan accent yang tak jelas, kini mendapat score setara dengan 5,5. One step closer, insyaAllah aku sudah bisa ikut test untuk bulan Januari akhir atau setidaknya Februari awal...

Aku juga sudah mengunduh aplikasi 7 minutes atas saran pacarku yang tak rela pacarnya masuk gym dan dilirik pria hidung belang (padahal sih kaga ada yang ngeliat -_- dikata pacarnya raisa apayak). Tujuh menit sehari, tapi cukup membuat ngos-ngos an dan mengumpat beberapa kali. Esoknya, pagiku dihadiahi oleh rasa sakit di sekujur tubuh, khususnya perut dan betis. Alhamdulillah, setidaknya aku sudah memulai hidup 'agak' sehat. Disamping itu, beberapa hari ini Fifin selalu mengajak makan malam dengan porsi jumbo. Pak, sehat?

Kalian yang membaca unggahanku sebelumnya, pasti sudah paham bahwa 'masalah' yang selalu menghantuiku beberapa bulan ini sudah menemui titik temu. Legowo, ikhlas. Menyesakkan memang, tapi aku sudah bertekad untuk mengikhlaskan semuanya. Setiap orang pernah berbuat salah, begitupun aku. Mengikhlaskan hal yang tak bisa kumiliki, setidaknya akan mengurangi rasa sakit ini bukan? Sudah cukup semua rasa bersalah kemarin, aku juga berhak hidup bahagia...

Maka, aku sudah berhenti melakukan hal yang membuat keduanya tak nyaman. Agustus ini, sudah setahun berlalu kan? Mungkin ini akan menjadi tulisan terakhir yang kutulis tentangmu. Berbahagialah, akupun begitu. Setahun cukup untukku, untukmu. Berhentilah membuka blogku, aku tahu dari berapa kali kau membuka akun instagramku dan membuka link di dalamnya. Berhentilah melihat kegiatanku, yang kusadar kalau kau mulai kembali memperhatikan disaat aku berhenti. Beberapa minggu ini, I'm officially stop put anything on you...

So, good luck :)

Kamis, 26 Juli 2018

Berhenti

Diposting oleh Alda Putri di 10.47 0 komentar
Katanya sih sudah tak cinta, tapi sering mencuri pandang. Aneh pikirku, yang sedang merindu walau tak sampai. Aku disini duduk di tepi kasur, menarik kursi di sebelah kananku, meletakkan pelan laptopku di atasnya, memutar instrumen piano Yiruma, dan menyelimuti sebagian tubuhku dengan selimut cokelat bercorak LV. Sekarang yang kuputar instrumen piano yang berjudul Falling...

Beberapa waktu belakangan ini aku seperti perempuan gila, yang sebentar bersedih sebentar bahagia. Aku memang sempat hilang akal, sebentar. Aku belum menemukan sudut nyamanku, aku masih berjibaku di luar tenda. Aku perlahan mengerti setelah mencari tahu apakah ada yang salah dengan pola pikirku. Depresi, karena apa? Aku tak tahu. Semua seakan tak normal, aku mulai merespon segala hal secara berlebihan. Aku ingat betul bahwa aku pernah merasakan ini, dan kehilanganmu...

Aku tak mau kehilangan untuk kedua kalinya, jadi sekarang aku belajar untuk memendam saja. Kubiarkan tangis ini melunturi riasanku, sepanjang aku nyaman. Kubiarkan tawa ini menggelegar, sejauh aku lupa. Aku tak bisa terus-terusan memaksa seseorang untuk terus disampingku, jadi kupaksa diriku untuk mengerti. Sulit memang, tapi bukankah aku pernah berhasil melewati masa terberatku dulu?

Bingung, ketika aku berada di persimpangan yang kini landai. Aku sekarang tahu bahwa sudah saatnya bagiku untuk melepas. Jadi, aku akan melepasmu, mengikhlaskan kalian di belakangku, dan mengalihkannya terhadap mereka yang sedang berada di samping dan depanku. Aku memang menangis selama berbulan-bulan, tapi sudah cukup rasanya. Aku akan berhenti mengandai-andai hal yang tak pernah terjadi, aku juga tak akan berharap terlalu besar terhadap siapapun itu...

Perasaanku tak enak terhadap diriku sendiri, jadi kuputuskan untuk mulai egois. Ini semua seperti kapal karam yang dipaksa berlayar dan berakhir ditelan ombak. Kita seakan menunggu pelangi setelah hujan, tapi yang ada malah kabut kelabu. Seperti beruang yang kehilangan madunya, dan layaknya jemari yang kehilangan pelananya. Terbakar, sebentar saja...

Maka dari itu, sekali lagi jeritanku memaksa untuk menyerah. Aku tak kuat terseok begini sayang. Aku tak sanggup jika kau terus-terusan berlari menjauh. Aku tak bisa bermimpi tanpa kau yang mengisi. Aku tak bisa menguntai tanpa benang untuk membuatkanmu syal hangat. Aku, berhenti.

Rabu, 25 Juli 2018

Tandus

Diposting oleh Alda Putri di 08.50 0 komentar
Hari ini, aku berusaha untuk menghabiskan waktu dengan beberapa temanku. Semuanya tertawa seakan menahan sesuatu, yang akupun tak tahu apa. Aku mencoba berputar, membanting stir yang selalu menuju ke arah seseorang yang tak dapat kutebak maunya apa. Selalu kutuduh dia sebagai pengundang tangisku, biar diriku letih dan berhenti mencari kabarmu.


Selama ini kukira rasa sepi bisa tandus karena ramai, ternyata aku salah. Mau kemanapun berlari, sepertinya sama saja. Aku tak tahu aku ini butuh apa, atau malah tak membutuhkan apa-apa. Jadi aku mulai berpikir dan mencari jawaban, apakah rasanya akan sama jika aku memilih untuk menetap dengannya kemarin sore? 

Minggu, 15 Juli 2018

Benar?

Diposting oleh Alda Putri di 23.13 0 komentar
Jadi hari ini, kutumpahkan semua keluhku. Tampaknya diapun begitu, buktinya pesan yang ia kirim lebih panjang daripada pesan milikku. Awalnya aku takut, takut menghadapi rasa sesak yang hadir sedetik setelah kami membahas ini. Lalu, kuhirup udara dalam-dalam hingga relungku penuh dan kubuang melewati laring menuju mulut. Aku harus kuat. Hidupku tak akan baik-baik saja jika terus menerus menahannya, dan aku takkan gila jika aku harus kehilangan sesuatu yang dari awal memang bukan milikku. Benar?

Kamis, 12 Juli 2018

Jadi

Diposting oleh Alda Putri di 23.59 0 komentar
Jadi, aku baru saja membaca hampir keseluruhan tulisan yang kuunggah tahun lalu. Sambil mendengar lagu yang terlantun ketika kalian membuka blogku via pc, kubaca dengan teliti, satu persatu. Inilah yang kusukai dari membaca, tentunya sambil mendengar lagu tertentu. Aku seperti ditarik kembali ke masa-masa dimana aku menulisnya, perasaanku seakan tahu betul apa yang kurasakan saatku mengetik cerita bait demi bait. Coba tebak, aku kembali menangis membacanya. Tak hanya tangisan kesedihan, tapi kecewa...

Aku baru sadar, ada sesuatu di hatiku yang tidak sembuh sempurna, tak peduli seberapa kuat kamu berusaha untuk mengobatinya. Luka ini bukan hanya karenamu, tapi juga karenaku. Bahkan, aku membaca surat cintaku untukmu dengan air mata juga. Berpikir, seburuk apa nasibku dulu memperjuangkan hati yang ternyata belum menjadi milikku. Jadi, apapun yang terjadi dan kukatup rapat-rapat dalam perasaanku sekarang, bisakah dikatakan bahwa ini merupakan cara Tuhan agar kamu mengerti apa yang kurasa?

Kasihan, bodoh. Aku tak bisa menceritakan sejauh apa kedua kata itu bermakna bagiku. Aku malah kembali melihat tanggal dimana aku menulis unggahan tersebut. Bulan depan genap setahun berlalu, tapi masih ada yang berbekas. Lalu, tadi kuputuskan untuk mengajak bertemu seorang temanku yang juga temanmu. Tapi, maaf, disini aku hanya ingin menceritakan segala hal tentang diriku yang tak kunjung selesai dengan waktu yang terlampau lama. Setahun, dan masih saja sama?

Dia mengabariku jika kami bisa bertemu sekitar awal bulan dan aku akan mengabarinya setelah mendekati hari H, dia pun menyetujui. Aku kira ini cukup kuceritakan disini tanpa memberitahumu. Tak ada niat untuk mengulang cerita kembali, aku hanya ingin fokus untuk mengobati diriku sendiri. Setelah ini, aku harus bisa hidup dengan perasaan yang lapang. Harus.

Kepulanganku ke Medan tak terasa tinggal 9 hari lagi, kebanyakan hari kuhabiskan untuk bertukar cerita dengan sepupu-sepupuku, sesekali kami menonton film Ant-Man di Plaza Medan Fair. Akupun bercerita tentang niatku untuk tak menetap di Medan. Kota ini terlalu padat tentang kesedihanku yang dulu. Setiap tempat berisi tentangnya yang masih memenuhi sudut kota, sudah hampir sama tercemarnya dengan Yogyakarta. Kami bercerita juga tentang negara yang mungkin akan kujadikan tempat untuk melanjutkan studiku, Belanda, Australia, dan Inggris.

Sepulang dari Medan, seorang temanku pun tampaknya sudah siap untuk bertemu dan mendiskusikan hal yang tak jauh dari Hukum Internasional dan Scholarship. Kami sudah berteman sejak semester pertamaku disana, dan kurasa kami cukup kompak jika disuruh berdiskusi tentang suatu hal. Lucu rasanya mengingat bagaimana caranya membuatku mandiri, seperti memberiku jawaban di antara konvensi berbahasa inggris. Maknanya tersirat, lantas ia menyuruhku membaca keseluruhannya. Biar tak manja katanya.

Temanku ini juga sedang menghadapi hari-hari beratnya, dan aku juga ingin bertanya mengenai cara bagaimana ia menyampingan hal-hal yang men-distract dirinya. Kami sering bertukar informasi tentang apapun itu, baik tentang studi maupun hal lain. Pernah suatu ketika saat kami duduk di meja dimana kami dulu pernah belajar bersama sekitar hampir 3 tahun yang lalu, ia menertawakan karena disana kami ditemani juga dengan seseorang yang sebegitu awarenya terhadap teman-temanku. Sebentar saja, setelah itu kami kembali terhanyut ke dalam pembahasan Hukum Laut Internasional yang menuntut kami membaca UNCLOS sampai khatam.

Setiap orang mempunyai masalahnya sendiri, jangan pernah berpikir bahwa masalahmu adalah masalah yang paling berat. Ya, akhir-akhir ini aku sering mengutip kalimat dari orang-orang yang menasihatiku, benar-benar meresapi mana yang harus kukutip dan mana yang tidak. Banyak hal-hal positif yang kuserap dari sekitarku, aku berubah, kurang lebih. Perlahan, aku mulai menertawakan diriku tahun lalu.

Hal terfavoritku semenjak berada di Medan adalah sharing dengan sepupuku yang tak kunjung menemukan calon istri di umur penghujung 20 nya. Lucu rasanya ketika melihat mama yang sangat bersemangat jika sepupuku ini tertarik dengan seseorang. Kami tak hanya membahas perihal tujuanku dan berbagai rencanaku kedepannya, tetapi juga membahas perjalanan cinta kami yang selalu kandas tak bertepi haha. Kami juga selalu menunggu @tahilalats mengunggah foto yang super Mind BlowOn di tiap harinya. Tak lupa untuk membaca berita hanya dibagian komentar netizen, mencari hiburan katanya.

Aku terus menghitung hari untuk kembali ke kota Yogyakarta, kota yang membuatku lupa kampung halaman. Aku terlalu cinta akan pulau Jawa, membuatku enggan kembali ke pulau kelahiranku. Maka, sekarang kuputar lagu Sebuah Cerita Klasik yang dinyanyikan kembali oleh Rendy Pandugo, membiarkan diriku menelan semua kesedihan karenamu, merayakan kebahagiaan yang ada, dan bergegas meninggalkan kota-kota yang selayaknya tak di huni olehku.

Selasa, 10 Juli 2018

Selasaku..(Baca aja, manatau ada nama kalian)

Diposting oleh Alda Putri di 01.23 0 komentar
Tanggal 10 Juli 2019, hari jadi yang ke sepuluh bulan katanya. Dipikir-pikir, sudah mirip seperti bayar bulanan kost belum? Selamat hari jadi sayangku yang super duper bawel + nyebelin, yang biasanya selalu pura-pura lupa tanggal 10 dan berakhir dengan pacarnya yang nge-rapp sambil air mata cengengnya bertumpah ruah. Bukannya mencoba melancarkan bujuk rayu, tapi malah tertawa ehe ehe, khasmu. Semakin sebel semakin bahagia, kan?

Beberapa postingan terakhir sengaja baru di upload setelah kutulis berbulan-bulan yang lalu, bukunya baru nemu. Tapi khusus yang ini, mari lupakan diksi berat dan cerita sendu, sudah lawas. Tapi sayang, disini aku mau membahas diriku sendiri dulu, tulisan tentangmu ditunda sebentar, rindunya belum cukup. Mau lanjut baca? Berarti sayang lagi kangen aku :P

Aku hari ini cuma ditemani secangkir teh hangat, laptop dengan baterai penuh, dan lagu-lagunya Sheila on 7. Fiersa Besari, cuti dulu ya? Bodo amat kalau lagunya So7 ngingetin kamu sama mantan, tapi aku malah ingetnya kamu. Jadi sekarang aku sudah tak seperti dulu yang ketakutan setengah mati saat kamu jauh, aku tau kok dimana rumahmu, pelukan mana yang engkau tuju disaat lelah. Bahagiakan dulu diri sendiri, baru kita bisa membahagiakan orang lain, benar?

This is it, semester terakhirku *aamiin* dengan status mahasiswa calon sarjana akhirnya datang juga. Skripsi, KKN, Study Visit, dan segala urusan di belakangnya sudah mulai menghantui. Melihat bagaimana caraku melewati hari, hmm maksudnya dengan kurang produktif, menjadi ketakutan tersendiri. Alhasil, sebulan ini dipenuhi dengan menonton video IELTS preparation dan searching tentang berbagai requirement untuk menyandang status master student *ehe ehe. 2020, insyaallah. Akhirnya, tekat yang suka melempem - melempem ini bulat sudah. Mengingat ujian IELTS di bulan Februari, deg-deg an ku kali ini melebihi deg-deg an saat mendengar pernyataan cinta 10 bulan yang lalu :P

Beberapa program scholarship sudah tertulis di buku kecilku dengan tinta hitam, huruf kapital, dan tentu saja BOLT. Bukan provider internet ya, maksudnya tulisan bercetak tebal. Sudah sangat siap untuk leave my 3,5 years city and everything behind, siap untuk start my new life. Plan B? Pasti ada kok. Aku berencana untuk bekerja di Jabodetabek, niatnya Bandung sih, tapi pacarku tak sanggup katanya :P Yang dekat-dekat ajalah, biar ga ngabisin duit buat LDR juga.

Daah Teen, tahun ini peresmian perdana kalau masa remajaku sudah berakhir. Kalau main The Sims, young adult kayaknya. Tahun depan menurut KUHPdt, udah bisa kawin lari euyeuy =)) Tapi sayang sekali, belum ada plan untuk kawin sambil berlari, capek. Kalau lancar, bulan dengan juga mau dateng ke kondangannya Bang Edi, abang keduanya pacarku. Ya semoga aja lancar, semoga rencana kita sejalan ya sama kehendaknya Allah, Bismillah.

Makin kesini makin terbiasa kalau apa yang kita mau tak selalu sejalan dengan resultnya, makin tau juga siapa yang bisa dijadikan sahabat, teman, dan "teman". Makin kebal sama manis dimulut memaki di belakang. Makin tau mana-mana aja manusia yang berlagak sok benar dan mengomentari orang lain, terlebih masa lalunya. Disaat mereka sibuk mengurus keburukanku, aku disini sibuk mengurus diriku, ngurusin jin tomang tungleh yang sekarang lagi nganterin mbak Pipit + keluarganya liburan di Jogja. Sayang sih, mbak Pipit dateng pas akunya di Medan. Belum jodoh mbak.

Btw, 12 hari menuju kepulanganku ke kota perantauan. Percayalah, merantau itu udah seperti ngelem, bikin nagih. Sekali kamu keluar, bisa beradaptasi, kamu akan ketagihan untuk mencoba tempat-tempat baru. Untuk orang dari bagian Indonesia yang hampir paling barat, merantau ke pulau Jawa memang seru. There's lots of things yang ga ada di Sumatra, dan ada juga hal-hal yang ada di Sumatra tapi tak ada di pulau jawa. They complete each other, itulah kenapa kita butuh pulang kampung juga. Bukannya gak sayang kota kelahiran, tapi aku lebih sayang dengan kebahagiaanku + masa mudaku. Lulus di umur yang masih 20 tahun *aamiin*, malah membuatku bersemangat untuk mengexplore kota-kota besar.

Untuk temanku Abdul, congratulation for your master scholarship, semoga bisa jadi presiden Yaman ASAP. Orang yang belum pernah ku mention di dalam blog ini, yang kurang lebih membuat pandanganku tentang dunia luar agak terbuka "sedikit" lebar. Thank you for advices, thank you for spread lots of positivities dan selalu ngeyakinin aku kalau aku itu lebih dari seorang "aku". Terima kasih juga karena remind me that I must know about my logic plan and keep going to make it happen. Kalau gagal? Don't change your dreams, but change the way.

Untuk kakak-kakakku, Kak Rena dan Kak Ju, Mama + Papa kalau lagi di kantor, selamat menempuh hidup baru. Eit belom selesai, sebagai pengangguran =)) Tolong kasi pencerahan ke Kak Ju, kalau botol minum Star Wars ku so useful. Tunggu nama kalian di dalam bagian kamsia kamsia skripsiku yakk. Semoga tepat waktu, karena aku mulai dihujani pertanyaan "Kamu kapan pendadaran?", terkhusus kepada Ibu Kepala KPBB, Bu Nana yang sudah buka calang untuk mengingatkan hal ini :(

Untuk Pak Andre, yang suka re-stock advices dan tempat curhat + meramal nasib gratis. Makasi ya pak atas wejangan-wejangannya, udah ketemu pacarku kan? Gendut gak pak? Kalo menurutku sih, ENGGAK. So there's no reason to diet diet ya Pak Fifin Afrialdy :) Bakalan kangen sama Pak Andre yang selalu ngajakin Bolos, Monday Madness, sampe ke Sekapatat. Yang tiap masuk kantor selalu bilang "Woh, kemana aja kamu? Lama ga keliatan." atau "Belajar terus gak baik, kamu terlalu strict, main lah kapan-kapan.". Satu satunya makhluk yang menyuruhku main =))

Untuk Laras ma lope-lope bebeb gilak kecanduan cintanya Baekhyun, speechless keknya shay. My 3 months so bahagia karena ada dirimu di kantor, diriku seperti buta warna ketika kita tak sekantor lagi BAHAHAHAHAHA. Kangen nich, semoga kujadi ke bandung eaps. Kalo pacarku balik Tangerang, ku menjemputmu bebebssssss. Baik-baik KPnya yaaa, aku disini selalu berdoa biar ada a'a b'b c'c bandung yang kecantol dihatimu :( Tolong jangan terlalu lemah ya coy, nanti kamu ditindas, gakuat akutu liat yang gitugitu :(

Untuk Bella + Clodi, temen deketku selama 3 tahun lebih ini di kampus, thank you for keep supporting me no matter what happen. Selalu melihat dari 2 sisi, sekalipun disaat aku salah, selalu ada hal positif yang membuat mereka tetep aja ngasi wejangan-wejangan. Biasanya selalu ketemuan di tiap semester, karena semua udah mulai sibuk masing-masing. Apapun plan kalian, good luck bro. Mungkin kita harus oprec untuk temen duet beatboxnya si Bella, karena temen duetnya yang dulu udah resign.

Untuk Yon, mantanku yang paling DURHAKA pas SMA. Yang dateng-dateng nanya, apa dosanya di masa lalu. HAHAHAHA, pen ketawa sumpah. Babang ini ternyata demen baca blog ku, buktinya dia tau postingan laluku itu tentang siapa. Walaupun durhaka, banyak wejangan yang masih kuinget sampai sekarang, salah satunya adalah larangan untuk menyimpan perasaan apapun terhadap mantan, sekalipun rasa benci. Makasi ya bang, udah berkontribusi mengantar jemputku ke sekolah, ke tempat les prancis, sampe ke GO. Yang setiap malming selalu ngapel gak kemana-mana, cuma ngerjain PR. Yang doyan buat aku jadi bucin di kelas, sampe niatnya kuliah d Jogja bareng, tapi karena kau terlalu durhaka, jadi kuputusin sampe kau numbok dinding kamar mandi. Ada guyuran showernya gak? Makasi ya, udah membentukku sedikit banyak jadi perempuan yang "agak" tangguh + mandiri. Oh iya, wejanganmu yang satu lagi dan selalu kuinget sampai sekarang, jadilah perempuan yang dibutuhkan laki-laki, bukan perempuan yang membutuhkan laki-laki. Noted.

Untuk Aldo, makasi untuk beberapa tahun lebihnya. Dari SMP sampai kuliah, terima kasih atas kontribusinya. Aku belum sempat bilang terima kasih atas coklat yang kamu kirim pas kita SMP dulu. Terima kasih untuk menjadi orang baik dan repot-repot jagain bocah keras kepala ini selama bertahun tahun. Berat pasti, ya kan? Two thumbs buat kamu yang bisa ngatur aku yang gak bisa diatur dulu, yang doyan marah dan keburukan-keburukanku yang lalu. Sampai sekarang masih kesel karena di tiap pengen diet, selalu diajak nguduk atau ngeburjo dokdok + nasi sepiring. Live a happy life ya, manusia yang paling banyak berkontribusi dalam tahun-tahun perkuliahanku + ngerubah sifat-sifatku yang bikin orang istighfar. Bella missed you, katanya gaada lawan beatbox. Oh iya, gaada juga yang ngecein dia yang kalo pake baju selalu kamu ngecein mau main basket. Ajak dia beatbox kali-kali, kasian HAHA.

Untuk Nikita, idk apa yang ada di dalam pikiranmu, but we have to respect each other kan? Setiap keputusan di dalam hidupmu, itu sepenuhnya ada di dalam kendalimu. Thank you for being my best, yeah you were, were. Temen cuap-cuap sampe julid di tiap malam dulunya. Semoga apa yang menjadi rencana hidupmu itu sejalan dengan apa mauNya ya. Makasi udah mau "hampir" ikut-ikutan misuhin doby kalau engga di cegat Grace haha. Udah lupa? Kalau aku sih masih inget, terutama kebaikan-kebaikan kamu kemarin. Intinya, apa yang kamu lakuin sekarang, itulah yang terbaik. Kalau gak mau berteman, memang lebih baik begini daripada saling julid kan? Good luck.

Jejejejejejeejejejejejeejjejejejejeejnggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
For my last, Bapak Fifin Afrialdy, S.T. yang lagi struggle di ibu kota dan sekitarnya, THANK YOU FOR FOUND MEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE. Semoga pacarmu ini cepat menambah gelar S.H. di belakang namanya yang udah panjang. Tolong hapal benar-benar nama pacarmu sebelum terjadi penundaan pernikahan karena salah ijab qabul lebih dari tiga kali. Makasi ya sayangku, yang sudah mau mengalah sama pacarmu yang ternyata masih anak-anak sampe dirimu terheran-heran. Makasi udah mau jadi bocah disaat kita gila-gilaan, tapi jadi pemimpin disaat aku buta arah. Yang karena bongsor ga ketolongan dan punya cadangan energi yang tersimpan di dalam perutmu, maka dirimu mampu menggendongku kesana kemari. Masih inget gimana muka capek sayang pas aku nangisin semester 6 yang tak sesuai harapanku, padahal baru aja nyampe jogja dan nyempetin ke kost an dulu sebelum ke rumah. Dateng-dateng langsung meluk, tetiba ngegendong kayak anak kecil, dan selama hampir setengah jam ngusapin punggungku dan membiarkan air mata buayaku jatuh ke bahumu. Tukang bohong, karena selalu menjawab pertanyaan "Capek?" dengan kata "Engga", tapi berakhir minta pijitin. Yang mau ngajarin naik KRL, sampe motoran ke Pantai Watu Lawang di Gunung Kidul yang ramenya subhanallah. Yang boncengin naik motor Honda CB 100 nya mas Angga + pake jaket ala ala Dilan juga. Yang udah ke kota orang bareng-bareng *menggunakan kaki 80%, dari Bogor, Jakarta, Bandung, sampai Jogja. Yang baru kesampean kemarin muter-muter Jogja sampe mabok. Yang udah bertamasya ke rumah-rumah sepupumu di Bogor, dibawa buat jadi pekerja tukang motong + marut + ngaduk saos spagetti nya tante, kekenyangan sampe ketiduran berkali-kali di ruang TV, sampe lebaran pertama sama orang-orang rumah di Jogja. Jangan sedih-sedih ya cintee, gausah ditakutin kalo lebaran tahun depan adek gak disana. Celamat ya karena udah diajak main ke rumah aja sama oma, yang gegayaan ngatain anaknya nuub di depan papaku sendiri, dan YANG SELALU JIHAD DI PUBG SAMPE KAU MELUPAKANKU! Tolong dikurang-kurangi PUBG nya ya sayang, aku semakin hari semakin kesal :) Cara paling ampuh untuk jahilin mas pipin tuh kalau ngomong "yaudahlah, kita nikah 10 tahun lagi aja". Pasti langsung dijawab "matilah aku bebs" =)) Baik-baik ya nang disana, jangan ingat mantan lagi, nanti kuretakkan kelen satu-satu -_-

Berhubung tulisan ini cukup panjang, dan bagian dirimu bebski yang paling panjang (padahal tulisan ini niatnya didedikasikan untukku dan teman-temanku), maka kita akhiri saja. Intinya, you guys mean so much to me, gak peduli kalian berpikiran sama ataupun tidak. Selamat menempuh semester 7 kawan, semangat mengejar gelar sarjana hukumnya. Selamat menempuh hidup sebagai pengangguran juga kakak-kakakku. Give your best ya, and God will do the rest :)

Minggu, 08 Juli 2018

Nadir

Diposting oleh Alda Putri di 11.14 0 komentar
Hai, kau yang menunggu ceritaku lewat bait link instagramku. Apa kabar? Apa matamu masih bisa dipakai untuk mengerjap? Apa hidungmu masih berfungsi untuk bernapas? Apa gigimu masih bisa menggeretak sambil menguatkan rahangmu?

Setiap kali kuputar lagu Fiersa Besari, selalu saja teringat kamu. Siapa yang pertama kali memutar lagunya? Berkali-kali? Seketika aku langsung jatuh cinta, yang kini membuatku jatuh tanpa cinta disetiap putaran lagu. Btw, sekarang tengah kuputar juga. Judulnya, April. 

Ada satu judul yang membuatku patah hati setiap mendengarnya, kamu pasti tau alasannya. Biar kita saja yang tau, jangan berbagi rahasia negara. Beberapa kali kuberanikan untuk melihatmu, yang sadar bahwa tatapannya tak dibalas. Beberapa kali juga aku tersenyum, ketir. Kalau ini maumu, kamu berhasil.

Aku sekarang seperti berlari tanpa henti, karna dipaksa menjadi jati yang bukan diri sendiri. Ku menyerupai orang lain, bahkan di depan orang terspesial yang aku punya. Aku dipaksa menyimpan rahasia, sesakit ini kah? Apa kau dulu juga sesakit ini?

Gelap, aku buta arah. Aku seperti narator tanpa narasi. Aku bahkan tak tau apa isi hatiku dan apa mauku. Yang pasti aku masih sadar, aku sekarang miliknya siapa. Tapi, kertas yang sudah robek, tak akan kembali seperti semula kan? Jadi aku memutuskan untuk diam, berusaha untuk tak berbisik sekalipun. Melihat dalam diam.

Aku masih ingat bagaimana angin malam menerpa wajahku sampai ke ujung rambut. Caramu merapatkan jaketku, memarahiku ketika pelukanku tak sekencang laju motormu. Bagaimana kamu memandangku dan caramu menghajar lelaki yang berani menyentuhku. Gerikmu yang dengan lantang mengumpati orang yang menyakitiku, ungkapmu saat mendiamkanku yang tengah terisak.

Sekarang tengah kuputar lagunya yang berjudul Nadir. Bolehkah kita mengulang masa-masa indah itu? Kutak mengerti apa yang terjadi hingga berakhir. Bagaimanakah kabarmu? Berhasilkah lupakanku? Diriku yang bodoh ini masih mendamba hadirmu. Eitt, itu liriknya haha.

Sebelum dirimu pergi, dan janjimu hilang arti, lihatlah perjuanganku. Namun jika memang harus berakhir sampai disini, biarku berharap dengan hati yang keras kepala. Hmmm, kurang lebih seperti itulah liriknya.

Kita seperti nadir, dua orang asing yang tidak saling tanya. Padahal, dulu pernah menjadi orang yang pertama yang ingin kita beritahu sesuatu hal sekalipun sepele dan tempat menangis tersedu-sedu ketika dunia menampar pipi kita. Padahal, dulu sering tak bisa tidur karna ingin bertemu dan menunggu kecupan di keningku setiap malamnya. Padahal, dulu selalu memutari kota Yogyakarta untuk membuatku kantuk. Padahal, padahal.

Jadi, kubiarkan kamu tahu bahwa aku tengah memperhatikanmu. Selalu bertemu denganmu tak membuatku baik-baik saja jika berpapasan denganmu. Aku yakin, kamupun begitu. Aku sudah muak, setiap sudut kota ini mengingatkanku tentangmu, dan tentang dia yang pernah menoreh luka dan membengkak. Aku perlu keluar dari kotak ini, kotak yang kita isi dulu.


Aku letih, aku letih menangisi hal yang tak pasti. Suaraku lirih, karna tak sanggup memutari cerita dengan orang yang berbeda. Aku perlu keluar dari sini, melupakanmu. Aku baru teringat, dulu aku bukan saja membutuhkan orang baru, tetapi juga kota baru. 4 bulan tak cukup membuatku amnesia sebagian. Tak cukup. Jadi, kuputuskan untuk pergi jauh darimu, 14 bulan lagi.

Sabtu, 07 Juli 2018

Indah Pada Waktunya?

Diposting oleh Alda Putri di 08.26 0 komentar
Mulanya kukira normal
Makanya kudiamkan saja
Rasa gelisah dan takut kehilanganmu
Terjebak tak bisa keluar dari relungku

Kubiarkan dia menahun 
Bersarang di dalam diriku 
Yang kian mati rasa
Karena terlalu takut untuk mengulang cerita
Yang pernah kurobek lalu kau coret

Kau pasti tak tau
Aku selalu terisak karna hal yang tak ada
Rasa tak enak selalu saja datang
Tanpa mengetuk pintu dan membiarkanku sadar
Kalau ternyata aku hanya merindukan hari kemarin
Tanpa mau mengulangnya kembali

Dulu? Kau mau tau rasanya?
Nyaman
Aku hidup tanpa rasa takut
Padahal cerita lamaku sama 
Seperti ceritaku tentangmu
Rusak, bahkan telah usang

Aku bisa tidur tanpa bermimpi buruk terlebih dahulu
Aku bisa makan tanpa tersedak 
Aku bisa mengerjap tanpa kelilipan
Bahkan aku bisa hidup dengan hidung dan mulut terkatup

Aku tersiksa
Tersiksa karna diriku sendiri
Aku tak letih, juga tak bosan
Aku tak tercekik, bahkan aku makan dengan perlahan
Tapi aku tersiksa, karna jauh darimu

Lantas aku bisa apa?
Bertahan? Melepas?
Aku pilih bertahan, tapi tak berjanji sampai kapan
Semampuku, aku akan menunggu
Sampai semuanya usai, sampai aku tak perlu bergelut dengan rasa egoku

Aku heran, aku bisa hidup tenang kemarin
Aku bahagia, walaupun terkadang menangis juga
Ya, aku sadar betul apa yang kutoreh minggu lalu
Aku sadar walaupun disuntik anastesi sejam lalu

Kata orang, tak ada gunanya menyesal
Tapi untuk kali ini, kubiarkan diriku berlarut dalam penyesalan
Kubiarkan kaset yang berisi bagaimana caraku 
Menghancurkan semangatnya kemarin
Terputar terus menerus, sampai aku ingat rasa sakitnya

Tapi bukan berarti aku mau kembali
Dan bukan berarti karna masa laluku seperti lagu tua untukku
Tapi karna akulah yang tak pantas untuk kembali
Ke rumah tempatku pulang untuk beberapa tahun kemarin

Aku masih menyimpan jutaan rahasia yang bisa membunuh hatimu 
Aku masih menahan diri untuk tak berteriak dan membuatmu sesak nafas
Bukankah setiap orang punya rahasianya masing-masing? 
Katamu tempo hari

Aku, seperti di tengah persimpangan
Macet, tak ada lampu lalu lintas maupun jembatan penyebrangan
Hanya bisa diterobos, berharap tak ada yang menabrak
Atau berharap ada yang berhenti, walaupun jarang

Ternyata, aku berada di tengah jalan
Berdiri di pembatas jalur masuk dan keluar
Terdiam, menunggu 
Seperti anak kecil yang memanjat pohon rambutan
Dan tak bisa turun karna banyak semut
Atau karna tak berani?

Jadi, biarkan saja aku
Tersesat di jalan tikus yang kubuat sendiri
Menangis sambil memeluk lutut dikala lelah
Menghapus sendiri derai air mata yang turun bergantian
Melempari jendela sampai penghuninya keluar

Dan menunggu kapan sang “indah pada waktunya” muncul...

Senin, 11 Juni 2018

Nikmati

Diposting oleh Alda Putri di 23.56 0 komentar
Sekadar tahu, aku baru saja menyelesaikan ujian akhir semester enamku. Ada beberapa mata kuliah yang tidak seperti biasanya, tetapi toh kulalui juga. Aku juga sudah matang untuk memutuskan berhenti kerja dan fokus menyelesaikan semester terakhirku. Aku akan menyelesaikan tugasku sebagai mahasiswa dalam beberapa bulan kedepan. Istirahat sebentar, ternyata aku menemukan waktu untuk menulis kembali untuk kalian yang selalu membuka blogku dan sayangnya aku tak tahu siapa kalian...

Aku menjadi penikmat sepi akhir-akhir ini, aku lebih memilih merasa jika sedang sedih. Aku tak sedikitpun berusaha untuk melawan, seakan tahu akan kalah dan pasrah. Aku seperti memiliki segalanya, tetapi ketika aku berhenti dan menoleh, aku baru sadar kalau mereka tak mengikutiku. Aku lebih memilih menangis tanpa isak, sembari mengunyah kue yang aku tak suka. Aku mulai nyaman dan berusaha melepas perlahan. Mungkin aku tersenyum didepanmu, tapi kamu tak tahu apa yang sedang aku persiapkan...

Aku akan kembali pulang pada tanggal 22 Juni 2018, sekitar jam 4 sore. Sengaja, hanya ingin tinggal di kota ini tanpa memikirkan tugas yang makin hari makin ganas, ingin sesekali benar-benar merasa Yogyakarta seperti apa. Kost juga sudah kosong, ditinggal penghuninya, kecuali aku. Jadi, kita mau kemana?

Selasa, 29 Mei 2018

Menunggu

Diposting oleh Alda Putri di 11.08 0 komentar
Aku seperti menunggu
Menunggu kau, untuk mengakhiri cerita
Menenggelamkan kapal mimpi 
Dan memaksaku pura-pura tak tahu tentang apa saja yang menjadi perubahanmu
Apakah kau lupa, kalau aku masih punya hati kecil
Yang selalu mengetahui cerita, sebelum ia tergoreskan oleh tinta
Kata hati, namanya

Senin, 21 Mei 2018

Bingung

Diposting oleh Alda Putri di 10.17 0 komentar
Kelap kelip lampu tidur, kuning keemasan bergantian menyala. Angin semilir berhembus dari ujung kaki ke ubun-ubun. Semuanya berubah, tanpa satu yang pasti...

Semuanya terpendam, ditutupi seulas senyum yang semu. Ibarat hologram, kekiri sedih kekanan muram. Biasanya dia suka bercerita, tetapi kini hanya diam menahan sesak. Ditahannya semua sendiri, seolah dunia tak mau mengerti...

Ia mengetuk pintu, lalu pria miliknya membuka dan tersenyum. Ingat betul kalau lelaki itu membentangkan tangan, berharap seseorang memeluknya. Sayangnya, ia hanya masuk, mengabaikan orang yang biasanya ia puja...


Bingung, mau bersikap apa seolah salah. Mau bersedih, takut dia terbebani. Mau tertawa, tak kuat bermain peran. Munafik, tapi tetap dia bersembunyi. Bersembunyi kemana? Ke lorong buntu tanpa tanda di depannya...

Sabtu, 19 Mei 2018

Sepi

Diposting oleh Alda Putri di 21.53 0 komentar
Setiap orang mempunyai kadar kesepiannya sendiri, bahkan ia bisa merasa kesepian ditengah-tengah keramaian hilir mudik dan teriakan anak-anak kecil yang sesekali tertawa. Aku pun begitu dan mencoba belajar menikmatinya sekarang. Aku berjalan sendirian, kesepian memang, tapi aku berusaha melupakan rasa itu. Aku berusaha lebih fokus pada sekelilingku, lingkungan yang sebentar lagi akan kutinggalkan. Tiga tahun hidup di kota ini, sedikit kurang memberikan banyak pelajaran yang mungkin saja tidak kudapatkan kelak...

Jika kita memutuskan untuk memulai hubungan dikarenakan rasa kesepian, kita salah. Kita lupa kalau masih banyak mereka yang tetap merasa kesepian walaupun kekasihnya tak luput mengusap pipinya lembut, dengan senang hati memberikan bahunya untuk tempat mereka menyandarkan kepalanya. Kita lupa kalau rasa kesepian itu kita sendiri yang punya, terkadang tak bisa kita bagi. Jadi kita bisa apa? Berdamailah dengan rasa sepi itu, mencobalah untuk terbiasa...

Sekarang aku memang tengah menikmati benar-benar proses ini, mencoba lebih mandiri kalau memang tak ada dia disampingku. Aku juga mencoba lebih bersabar menunggunya pulang, berharap dia tau rumah mana yang ia datangi untuk pulang. Aku berusaha lebih tegar disini, karena aku yakin ia juga melewati waktu yang tak kalah beratnya disana. Setelah kupikir-pikir, tak ada salahnya hidup sendirian kalau memang pada akhirnya akan bersama...

Kamu yang disana, nyenyak ya tidur di siang bolong? Ibadah terus ya karena tidur sembari puasa? Ingin rasanya berada disana, menyiapkanmu menu bukaan kesukaanmu yang akan memaksa matamu terbuka saat wanginya menyeruak masuk ke dalam kamar. Rasanya rindu kalau mengingat acara masak-memasakku ditemani pelukanmu dari belakang kala itu. Ingin tertawa saja rasanya jika mengingat caramu menaruh dagumu dibahuku yang kemarin sedang mencuci piring yang seabrek-abrek...

Mungkin kemarin aku menangis karena tak kuat jauh darimu, mungkin juga kemarin kamu kewalahan menghadapiku yang terlalu renta kalau dihadapkan dengan absennya dirimu. Sabar ya, inilah aku. Selamat untukmu yang telah memacari perempuan yang selalu memikirkanmu disetiap kegiatannya, perempuan yang mencoba tegar ya walaupun menangis juga karenamu, perempuan yang tak sabar untuk hidup denganmu (10 tahun lagi ya bro)...


NB : Abis ini pasti ada yang bakal ngajuin banding + kasasi gegara kalimat di dalam kurung barusan :P Loveyou honey, missyousomuch :*

Minggu, 13 Mei 2018

Pulang, Pergi..

Diposting oleh Alda Putri di 09.54 0 komentar
Yogyakarta, 10-13 Mei 2018.

Aku baru sempat menulis hari ini, dengan perasaan yang lebih baik ketimbang kemarin. Bagaimana tidak, anniversary kali ini dihadiahi kehadiran kamu beserta kado ultah yang telat. Setiap pagiku rasanya merupakan pagi terbahagia versi bulan Mei, disamping hujan abu Merapi dan teriknya matahari yang menggerogoti kaki. Senyumku tak berhenti mengembang ketika menerima hadiahmu, sepatu olahraga katanya. Laki-laki yang kekeuh menyemangatiku untuk lari pagi, paling keras kepala padahal dia sendiri juga jarang olahraga (FYI, pernah 2x lalu berhenti). Aku juga ingat bagaimana senyummu yang merekah sempurna saat menerima kadoku, ditambah saat membaca surat cinta dariku yang tengah memelukmu erat kala itu. Ya, aku bahagia karena aku mencintai seseorang yang sama besarnya mencintai diriku juga...

"Ikut yuk makan malem sama keluarga mas, Allen aja bawa pacarnya, Bang Edi aja bawa Mbak Linda, Bang Berri juga bawa istrinya sama ponakan mas. Masa mas gabawa pacarnya mas.", "Sayang baru bangun? Beres-beres gih, sejam lagi mas jemput.", "Beb banguunnn, Mama sama Bapak ngajak makan siang lagi." sampai "Nanti ikut yuk nongki di Amplaz bareng temen SMP mas, dia juga bawa pacarnya.", tak pernah gagal mengulas senyumku yang katamu menjengkelkan. Hidupku terlalu berwarna denganmu, terlalu banyak kejutan yang tak ada hentinya mengagetkanku. Aku bahagia, tak peduli akan jauh denganmu setelah ini...

Aku tak pernah lelah mengingatkanmu bahwa aku mencintaimu disini, aku teramat bahagia ketika kau juga merespon dan melakukan hal yang sama. Aku selalu menulis lebih dari ribuan tulisan tentangmu, yang selalu kau baca beberapa minggu setelahnya. Aku bahkan tak rela mengerjap disaat memandangmu lekat-lekat, aku sampai tak ingin jarum jam berputar terlalu cepat saat berada denganmu. Aku tak henti memelukmu sembari menonton Avengers: Infinity War yang terlampau lambat kita tonton. Seakan kau mengerti, kau malah menggenggam tanganku erat sambil mengecup ubun-ubunku. Aku memejamkan mata kala itu, benar-benar mencoba mengingat rasanya sembari bertanya, "Ya Allah, aku mencintainya karenaMu. Bagaimana bisa hatinya berkali-kali patah, bagaimana tega mereka yang membiarkan senyumnya memudar, bagaimana bisa aku menyakiti hati ciptaanMu ini hanya untuk keegoisanku?". Mungkin berlebihan pikirmu, tapi percayalah bahwa di hubungan kali ini, aku benar-benar menyerahkannya semuanya di hadapan Allah. Aku hanya ingin kau tahu, bahwa tak ada celah bagiku untuk pergi darimu...

Aku mengakui bahwa masa laluku benar-benar meninggalkan penyesalan untukku. Aku tak berbohong kali ini, bahwa aku butuh waktu untuk memulihkan hati yang robek dimakan sepi kemarin itu. Aku benar-benar hancur dikala aku hidup di tengah-tengah cerita buruk tentangku dari mulut laki-laki yang pernah mengisi hidupku. Aku seperti batu yang langsung tenggelam di sungai yang dangkal tanpa sempat meloncat. Semua itu berlalu begitu saja dan aku menemukanmu, menemukan orang yang menjadi alasanku bahwa tak ada yang harus disesalkan. Pasanganmu adalah cerminan dirimu, dan aku percaya itu...

Hari ini aku banyak belajar darimu, aku juga lebih banyak mengenalmu. Aku tertawa berkali-kali melihat bagaimana caramu melirik layar ponselku secepat The Flash disaat berdering, padahal didepanmu tengah disuguhi ramen Sushi Story yang sudah kau idamkan dari berbulan-bulan lalu. Aku tergelitik melihat bagaimana caramu cemburu. Aku merasa nyaman mengingat bagaimana caramu menjaga perasaanku. Aku tersenyum saat memperhatikan caramu menarikku masuk ke dalam duniamu, mengenalkan bagaimana hidupmu di Tangerang, bagaimana lingkungan kantormu, jalan apa yang biasa kau lalui di setiap petang, bagaimana cerita masa kecilmu, teman-teman mana saja yang pernah bermain bersamamu dulu, bagaimana hangatnya keluargamu, sampai bagaimana caramu menunjukkan kepada dunia sepenting apa artiku bagi hidupmu. Aku hampir mengenalmu, utuh...

Dan satu hal yang membuatku bersyukur beribu kali hari ini, bahwa kau selalu menyertakanku disemua keputusan pentingmu. Aku benar-benar tak merasa sendiri disaat kau menceritakan alasan terberatmu untuk mencoba pekerjaan yang membuat kita lebih jauh daripada ini, karena akupun sekarang menjadikanmu alasan disetiap pertimbangan pentingku juga. Insyaallah, kemanapun kita pergi, muara kita nantinya akan selalu bertemu...

Terima kasih sayang untuk beberapa hari ini. Terima kasih telah menjadikanku perempuan yang paling bahagia di dunia. Terima kasih menjadi alasan tangis rinduku di setiap malamnya. Terima kasih karena tak pernah lelah mendengar tangisku. Terima kasih selalu menjaga perasaanku, bahkan disaat tak terlihat olehku. Terima kasih membiarkanku mengenal hidupmu hari ini, masa depanmu, sampai masa lalumu. Terima kasih karena selalu mencium punggung tanganku dan mengecup dahiku setelah aku menyalami tanganmu sebelum pulang. Dan yang terakhir, terima kasih karena selalu berterima kasih, meminta maaf, dan berkata tolong saat berbicara denganku, membiarkanku mengetahui bahwa aku benar-benar dihargai olehmu...


-Tulisan lebih dari 72 jam setelah kepulanganmu, kurang dari 24 jam sebelum kepergianmu... 

Minggu, 15 April 2018

Tidur

Diposting oleh Alda Putri di 14.07 0 komentar
Tak mengantuk, padahal sudah subuh.
Jadi aku putar saja lagu semalam suntuk, biar badan ini letih dan luruh.
Lampu tidurku dihembus kipas lalu terantuk, tapi tak sanggup dan terlalu kelu tuk mengaduh.
Makanya aku menyelutuk, akibat lagu sendu yang mengundang langit bergemuruh...

Bersabar terus katanya, tapi sampai kapan?
Selalu aku bertanya, cuma tak kunjung dapat jawaban.
Makanya, sekarang mataku senantiasa berkedip melamban...

Boleh tidak aku kesakitan, agar bisa bersandar dibahumu?
Aku ingin saja merasakan, bagaimana sih rasanya relung itu walaupun semu.
Cuma mau menjadi manja sepekan, karna dari kemarin kuat tak jemu.



Yogyakarta, 16 April 2018

Sabtu, 14 April 2018

Sabtu Malamku, Malam Minggumu.

Diposting oleh Alda Putri di 10.18 0 komentar
Aku baru saja menyesap coklat panasku, sekali, duakali. Hujan baru turun malam ini, mencoba mengelabuhi siang yang tak kalah panasnya. Kurapatkan juga kursiku ke arah meja, kupasang headset menutupi telingaku. Aku kembali masuk ke dalam duniaku, yang tentu hanya ada satu orang yang bisa menyelinap masuk kedalamnya selain aku. Kamu...

Ini bulan ke delapanku jauh darimu, tapi aku masih mengingat betul apa saja yang telah kulewati sebelumnya. Lagi-lagi kuputar lagu Dialog Hujan yang dinyanyikan oleh Senar Senja, lagi-lagi aku kembali ke masa laluku. Mencoba mengingat kenangan kemarin sore, yang mulai mengabur dari lekat ingatan yang begitu menempel, tak beruang sekat. Mencoba mengingat seberapa sering aku tersenyum saat menunggu telponmu, seberapa sering aku menggigit kuku telunjukku karena cemas akan kabarmu, seberapa groginya aku menunggumu keluar dari stasiun, bahkan seberapa sedihnya aku harus meninggalkan kota yang kau huni...

Aku sekarang sedang tersenyum, sambil sesekali menegak coklat tadi yang asapnya kian mengepul. Aku masih tertawa jika mengingat bagaimana aku menahan jantungku agar tak meloncat keluar malam itu. Berkali-kali aku menarik seulas senyum tertahan selama perjalanan sekitar 45 menit dari Yogyakarta menuju Jakarta. Berulang kali kutepuk pipiku yang mulai memerah karena membayangkan bertemu denganmu kala itu. Dan beribu kali aku membiarkan jemariku saling meremas kaku, pertanda cemas yang sedemikian kutahan...

Kembali lagi ke sebulan sebelumnya, aku sekarang tengah mencoba mengingat tiap malam mingguku. Bagaimana aku berbicara denganmu, bersebrangan, berjauhan, tapi tetap saja jantungku berdetak tak karuan. Aku tertawa sendiri, aku berguling kekiri lalu keterusan. Aku terjatuh, tapi aku tertawa. Kenapa tidak? Aku baru saja mengenal lelakiku, baru saja...

Persetan dengan cerita sedih, setiap orang memiliki masa lalu. Tugasku hanya mengisi masa depanmu, porsiku hanya berhak untuk mempelajari kesalahan dari masa lalumu, dengan harapan tak akan kuulang lagi. Jadi kuputuskan menunggumu di perempatan jalan, yang kala itu ditutupi daun kering yang semestinya kusapu bersih. Saat itu yang terpikirkan olehku adalah menunggumu, memayungimu karena hujan turun deras sekali. Tapi ketika aku mengulurkan tangan, kau malah membuang payungnya, lalu memelukku. Kita kehujanan, atau lebih tepatnya kau mengajakku untuk kehujanan bersamamu. Kau ajak aku untuk masuk ke dalam dirimu, masuk ke dalam kesedihan yang selama ini kau tutupi. Menyuruhku melengkapi, menutupi setiap lubangnya yang retak kesana kemari...

Aku mengenalmu, perlahan, lebih lambat dari pasangan pada umumnya. Kaupun begitu, menerimaku lebih lamban dari seekor Flash, kukang lemot yang ada di kartun Zootopia. Tapi semuanya mengalir bukan? Semuanya berjalan mengikuti arusnya, kan? Aku membiarkan dirimu menyesuaikan, karena aku yakin sungai deras kita akan bermuara. Ia akan berhenti di sebuah titik, dimana hati kita akan selaras, pikiran kita akan sejarak...

Senin, 02 April 2018

Surat Untuk Kamu

Diposting oleh Alda Putri di 10.54 0 komentar
Malam ini, aku tak sengaja melihat video foto kita yang dialunkan oleh sebuah lagu yang menemaniku kemarin. Agak berlebihan sih, tapi lagu itu sungguh emosional menurutku. Lagu itu, Dialog Hujan yang dinyanyikan oleh Senar Senja...

Aku ingat kala itu, kapan pertama kali aku mendengarkan lagu ini. Di sebuah kafe yang jaraknya hanya beberapa meter dari kampus, saksi yang mengetahui secara detil apa saja yang telah kulewati kemarin. Aku memejamkan mata sambil mendengarkan lagu ini mengalun sayup-sayup, menikmati benar-benar sambil mengingat kejadian kemarin petang. Jujur, terlalu banyak perubahan yang terjadi di dalam diriku setelah mengenalmu. Gadis yang berusaha tegar sedari tadi, kini menitikkan air matanya. Sekali, dua kali, dan sebelum yang ketiga kalinya bergulir di pipinya, ia mengusapnya kasar...

Aku kembali berusaha mengingat dengan benar, masa-masa awalku mengenalmu. Bahagia, sungguh. Pesanmu masuk tanpa kuduga, yang belakangan aku sadar bahwa kau adalah orang yang paling tak bisa kutebak. Aku sudah berkali-kali menyatakannya, dan hanya kau balas dengan tawaan. Kau, lelaki pertama yang membuatku tak bisa tidur, yang memberikan tanda tanya besar dengan garis setebal 5 cm diatas kepalaku. Kau, misterius...

Aku amat bahagia kala itu, berusaha mengenalmu yang awalnya timbul dari rasa penasaran. Aku menilisik disetiap relungmu, mencoba mencari kunci yang tak berujung kemana-mana. Aku berjalan terlalu jauh kemarin, aku terlalu terbawa suasana. Aku berlari kearahmu, mengikutimu yang perlahan memudar menjadi letupan kecil kembang api yang bahkan asapnya saja tak terlihat. Terlalu jauh, sampai aku enggan untuk pulang ke tempat dimana aku berasal sebelumnya...

Aku awalnya menangis, karena tak munafik bahwa aku perlu penyesuaian. Aku terlalu gamblang dalam menentukan keputusan. Menyesal? Tak ada gunanya, tak ada waktunya. Dengan mantap, aku yang tadi duduk tersungkur akibat gelap, kembali berjalan mengikuti kata hatiku. Tak diduga, setelah 5 langkah, aku menemukanmu. Seperti yang sebelumnya kukatakan, kamu tak tertebak, sungguh...

Tak sedikitpun kamu memanjakanku seperti perempuan lainnya, melainkan aku dipaksa untuk menyesuaikan diri dan tegar dalam menghadapi permasalahan yang pasti akan aku hadapi nantinya. Tak ada kau usap air mataku, bahkan tak pernah terpikirkan olehmu untuk membersihkan lututku yang memar dimakan luka. Aku yang saat itu mencintaimu, dan terbutakan bahwa engkau hanya penasaran...

Aku lagi-lagi memperhatikanmu, setiap sudut ke sudut, sampai redup sorotan matamu pun tak luput dari penglihatanku. Aku ingat bagaimana tangisku ketika menyadari, hatimu belum untukku. Aku merasa berlari sendiri disaat aku berpura-pura buta bahwa kau hanya melempar pancing tanpa menariknya kembali. Aku mengetahui dan benar-benar mengerti adanya, tapi aku hanya berbicara lewat hatimu, aku sungguh ingin bersamamu, wahai orang asingku...

Mungkin hatimu gundah kala itu, bingung ingin mengikuti cintamu, atau yang mencintamu. Tapi lagi-lagi aku hanya bisa terdiam, membiarkan hati kecilmu yang mengambil alih semua alur cerita yang terlalu banyak mengandung makna konotasi ganda. Aku membiarkan dirimu menentukan jalanmu, berusaha tegar bahwa mungkin saja aku akan menangis setelah ini. Aku bersyukur kala itu, kau malah berlari kearahku, mengecup punggung tanganku yang basah karena tetesan air matamu. Bukan karena pertama kalinya aku melihat lelaki menangisiku, hanya saja aku tersentuh melihatmu yang begitu lemah hanya karena mencintainya. Berulang kali aku menghirup napas berat sambil memejamkan mata, yang memaksa air mataku sendiri untuk menyeruak keluar. Setiap helaan aku sungguh berharap agar Tuhan membiarkanku menjagamu disaat kau lemah, dan membiarkanmu menjagaku disaat ku lemah...

Semua memang butuh proses, termasuk mencintamu dan mencintaku. Awalnya memang banyak hal kecil yang menjadi topik pertengkaran kita. Terlalu banyak ketidaksepemahaman diantara kita. Aku belum sebegitu pentingnya, sehingga pantas kau prioritaskan. Kita sempat tak berkomunikasi beberapa hari lamanya, ntah karena ini dan itu. Tapi sekalipun aku tak pernah mengeluh, karena aku menganggap bahwa ini cara Tuhan mendewasakanku. Aku dengan setia menunggumu di perempatan jalan yang ternyata tak satupun ada yang melewati. Aku ingin jujur, bahwa saat-saat itu adalah saat terberat dihidupku. Aku benar-benar berada dimasa terendah dalam hidupku, berjuang dan menghadapi masalah sendirian, tanpa bisa berkeluh kesah denganmu. Rasanya ingin saja aku menarikmu, berteriak lantang bahwa aku tak setegar itu. Tapi kutelan kembali keinginan bocahku. Aku harus cukup tegar agar bisa sepadan denganmu...

Aku tak perlu menjelaskan secara panjang lebar sebagaimana jauhnya perasaanku kemarin, karena seperti yang kau bilang, bohong sekali kalau kau tak merasakan perasaanku terhadapmu. Kukira, sorot mataku saat memandangmu sudah sangat-sangat menyiratkan semuanya, yang dapat kau tangkap hanya dalam sepersekian mikro-nano-detik...

Dan setelah semua yang aku, dan kamu, lewati beberapa windu kemarin, aku bisa bernapas lega. Delapan bulan belakangan ini benar mengubahku jauh, jauh dari aku yang sebelumnya. Kau juga berubah, yang tentunya berubah menjadi lebih baik. Kita berdua sudah mulai menemui muara dan makin mengerti bagaimana cara melepas tali yang tersimpul rumit. Aku mulai menerima hatimu, mungkin. Hatimu yang beberapa pekan lalu kau berikan, yang sudah kujanjikan akan selalu merespon setiap cerita kita kedepannya...

Jumat, 30 Maret 2018

Rumahku, Kamu. (3/3)

Diposting oleh Alda Putri di 21.51 0 komentar
Mungkin bisa dibilang kalau aku senang sekali begitu diajak ke BSD. Aku yang biasanya rewel kalau berpergian jauh, kini kutelan bulat-bulat rasa capek itu. Kita sempat-sempatnya nonton Eiffel in Love 2 sambil memakan squid goreng yang super duper gede. Perut belum bernapas, langsung dihajar lagi dengan mcflurry oreo dan strawberry cheese. Kita masih sempat bertukaran eskrim, karena ternyata aku lebih suka eskrimmu. Ini beneran suka, atau karena itu eskrim milikmu? Haha, tapi kali ini aku beneran suka kok..

Kita pulang larut sekali, lupa kalau rumahku jauh dari BSD. Kudekap punggungmu erat-erat sambil melihat sekeliling jalanan, mencoba benar-benar mengingat suasana kala itu. Udaranya, suaramu, ramainya jalan, ditiap menitnya kuhirup dalam-dalam. Kutenggelamkan lagi kepalaku di pundakmu, mendengar suaramu yang tak bisa menutupi lelahmu. Aku mencintai setiap incimu, setiap pertanyaan lelah yang selalu kau jawab dengan sanggahanmu..

Malam itu akupun tidur dengan nyenyaknya. Tak lupa aku membersihkan diri sebelumnya sembari menunggu kabarmu. Aku kembali tersenyum ketika mengingat beberapa kejadian konyol kita berdua. Berulang kali aku mengucap doa di dalam hati, aku tak sanggup jauh darimu lebih dari ini..

Pagi itu lagi-lagi aku terbangun sambil tersenyum, kamu membangunkanku sekitar jam 7 pagi. Aku memang sudah berjanji untuk membantu kakakku memasak teottbokki dan pada akhirnya aku agak mengabaikan pesanmu, without any purpose. Setelah selesai berberes dan memasak, seketika aku tergelak membaca pesanmu. "Mas dah mandi loooo" "Siap jalan sama bebeb akuh lagi" "Dih ga d bales ya Allah" "Emang ga kangen lagi lah adek sama mas tu Huft". Demi dewa neptunus, rasanya aku rela membayar berapapun agar bisa memelukmu erat-erat sampai pingsan, ke-alay-an yang HQQ kalau kata anak nowadays.

Kita sempat bingung saat menentukan tempat mana yang mau kita kunjungi. Berhubung ini Jakarta, akhirnya kita lagi-lagi memutuskan untuk melewati hari di PIM. Sempat agak ngambek karena hal yang bahkan sudah kulupakan, kitapun bergegas ke Starbucks dengan crepes yang hampir habis. Aku ingat betul bahwa kita duduk didepan kaca yang menghadap ke lobby, ngedubbing in mereka yang menggerakkan mulut tapi tak bersuara. Kitapun memutuskan untuk makan malam di tempat nasi uduk yang biasa kita makan, kalau tak salah di daerah Kemang. Haha, so happy karena kita sudah punya tempat yang rutin kita kunjungi seperti orang-orang lainnya.

Keesokan harinya juga kita lewati dengan sempurna, hampir *kesempurnaan milik Allah SWT btw*. Aku yang dari kemarin penasaran bagaimana bentuk pantai Ancol, akhirnya kesampaian untuk kesana lagi. Sebelumnya ada sih yang ngidam makan pizza hut, jadi kita memutuskan agak kepojok sebentar. Ditambah dengan eskrim AW dan sebungkus ketoprak, kita mengelilingi pantai yang isinya bapak-emak-anak Squad yang lagi kekurangan bahan hiburan. Setelah si rewel ini agak mengeluhkan capek, akhirnya kita beristirahat sebentar dan bergegas ke St. Pasar Senen. Kali ini gaada drakor-drakor pertengkaran sebelum balik ya. Bahkan, masih sempat-sempatnya dibawain roti keju dan aqua haha.

And after all things that we spent for 3 days, so thankful to know you dear. No wishes needed sepertinya, cuma mau we get stronger time by time to face the problem next. Semangat untuk next project sampai next plan kita kedepannya, I'm counting the days. See ya on next Saturday..

Sabtu, 03 Maret 2018

Yogyakarta dan Ceritaku

Diposting oleh Alda Putri di 20.33 0 komentar
Perlahan...
Karena semua dimulai tanpa adanya prolog di awal cerita. Aku bercerita, tanpa henti, tanpa jeda, tanpa memberi kesempatan hatiku menjerit. Dengan bodohnya aku pergi, tanpa menghiraukan perasaanku yang kala itu tengah gerimis berkabut. Aku meninggalkan semua hal, yang kini tengah kusesali, sangat...

Berubah...
Semua butuh proses, menumbuhkan satu dengan segala sebab yang akan menjadi efek sampingnya. Melupakan semua yang harus dilupakan, tapi berbekas tanpa adanya obat yang bisa menutupinya. Aku menangis, kamu menangis, karena memang saling cinta. Air mata mengalir, tanpa pemandu. Bahkan, ciumanmu masih nyata, masih bisa menggores perasaanku yang bodoh sekali kemarin...

Berakhir...
Kita akhiri semuanya, dengan ucapan penuh perasaan yang terlampau sesak. Genggaman tanganmu seperti tak rela melepasku, tapi ragamu yang melakukannya. Ego yang membawa cerita kala itu, mengabaikan keinginan sebenarnya yang tak ayal ingin mendekapmu dalam-dalam. Ingin membisikkanmu kata cinta dalam diam, tepat di daun telingamu karena aku tak rela dinikmati yang lain. Tetapi semuanya hanya ada di sekelebat pikiranmu, tanpa ada wujud implementasi sekalipun...


Yogyakarta,
20 Agustus 2017.

Selasa, 27 Februari 2018

Rumahku, Kamu. (2/3)

Diposting oleh Alda Putri di 18.12 0 komentar
Aku ingat betul bahwa pagi itu deringan telepon yang memaksaku membuka mata. Pagi sekali pikirku, masih jam 5. Aku juga sangat yakin aku tersenyum dikala mengangkat teleponmu, dengan mata tertutup. Kutarik selimutku sampai menutupi kepala, kujawab sautanmu dari seberang sana. Kudengar suara serakmu dalam-dalam, ternyata aku belum bisa berhenti memperhatikanmu, bahkan untuk hal terkecil seperti ini..

Pembicaraan kitapun usai, tapi senyumku malah berubah jadi tawa. Kulirik lagi jam, lagi-lagi masih pukul 05.51 pagi, dan kau sudah berangkat dari sana. Kugeleng-gelengkan kepalaku tiga kali, pacarku ini, dalam hatiku. Sesegera mungkin aku berberes, maksud agar kau tak perlu menunggu sesampainya nanti. Sedikit kesal sih karena rintik gerimis agaknya turun dipagi itu, tapi ternyata hanya beberapa menit, lalu berhenti..

Kenapa gak pernah ke Bogor? Habisnya aku gak punya keluarga ataupun calon keluarga di Bogor, jadinya gak pernah kesana deh. Kau lagi-lagi tertawa kan setelah mendengar pernyataanku? Dan akhirnya, pagi itu kita langsung berangkat ke Bogor. Dari dulu aku memang penasaran, penasaran tentang kamu. Bagaimana masa kecilmu? Bagaimana duniamu dulu? Sebahagia apakah kamu? Apa kebiasaanmu? Apa kesukaanmu? Bagaimana sifatmu? Dimana kamu tinggal? Apa warna favoritmu?

Ini perjalanan terjauhku sepertinya, tetapi kaki kebas tak terasa olehku. Sebelumnya kita masih sempat mampir untuk sarapan bubur dan membeli sesuatu untuk orang rumah. Aku masih ingat bagaimana kagetku saat kita mau mampir ke rumah keluargamu disana. Kesan pertama, karena memang ini kali pertamaku..

Maaf ya, aku cerewet disepanjang perjalanan. Aku juga masih malu saat disuruh mendekat olehmu. Dari Jakarta Selatan, Depok, lalu Bogor. Kita sempat melewati TK mu dulu, Kemuning kan? Aku loh masih inget hehe. Kita juga sempat ziarah ke makam almarhum bunda, akhirnya kenalan dulu ya sama bunda. Kupandangi lekat-lekat, mencoba mencari tahu apa isi hatimu kala itu. Dalam hati aku sudah membuat janji loh. Tenang bun, anaknya alda jagain kok..

Akhirnya sampai juga, kita langsung duduk dan disuguhi teh anget plus dengan pisang gorengnya. Sumpah, tekanan batin banget kemarin liat the holy pisang goreng haha. Kamupun pergi sebentar, sholat jumat katanya. Dikala itu, akupun mengobrol dengan keluargamu. Sebenarnya yang paling membuatku tak berhenti tertawa itu disaat nenek menanyakan kamu, tapi dengan satu kata yang hampir membuatku menelan teh sampai ke gelas-gelasnya. Suami kemana? Aduh, semoga doanya dijabah Allah ya nek haha..

Setelah kamu sholat jumat dan makan siang, kitapun pamit. Muterin Kebun Raya Bogor, sampai nyobain asinan yang katanya langganan mama kalau ke bogor. Sebenarnya kemarin juga ngidam mie kocoknya, tapi ternyata space perut tidak memungkinkan. Pada akhirnya, kita langsung berangkat lagi ke BSD, iya, Tangerang Selatan..
 

Signatures of Blossom Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos