Katanya sih sudah tak cinta, tapi sering mencuri pandang. Aneh pikirku, yang sedang merindu walau tak sampai. Aku disini duduk di tepi kasur, menarik kursi di sebelah kananku, meletakkan pelan laptopku di atasnya, memutar instrumen piano Yiruma, dan menyelimuti sebagian tubuhku dengan selimut cokelat bercorak LV. Sekarang yang kuputar instrumen piano yang berjudul Falling...
Beberapa waktu belakangan ini aku seperti perempuan gila, yang sebentar bersedih sebentar bahagia. Aku memang sempat hilang akal, sebentar. Aku belum menemukan sudut nyamanku, aku masih berjibaku di luar tenda. Aku perlahan mengerti setelah mencari tahu apakah ada yang salah dengan pola pikirku. Depresi, karena apa? Aku tak tahu. Semua seakan tak normal, aku mulai merespon segala hal secara berlebihan. Aku ingat betul bahwa aku pernah merasakan ini, dan kehilanganmu...
Aku tak mau kehilangan untuk kedua kalinya, jadi sekarang aku belajar untuk memendam saja. Kubiarkan tangis ini melunturi riasanku, sepanjang aku nyaman. Kubiarkan tawa ini menggelegar, sejauh aku lupa. Aku tak bisa terus-terusan memaksa seseorang untuk terus disampingku, jadi kupaksa diriku untuk mengerti. Sulit memang, tapi bukankah aku pernah berhasil melewati masa terberatku dulu?
Bingung, ketika aku berada di persimpangan yang kini landai. Aku sekarang tahu bahwa sudah saatnya bagiku untuk melepas. Jadi, aku akan melepasmu, mengikhlaskan kalian di belakangku, dan mengalihkannya terhadap mereka yang sedang berada di samping dan depanku. Aku memang menangis selama berbulan-bulan, tapi sudah cukup rasanya. Aku akan berhenti mengandai-andai hal yang tak pernah terjadi, aku juga tak akan berharap terlalu besar terhadap siapapun itu...
Perasaanku tak enak terhadap diriku sendiri, jadi kuputuskan untuk mulai egois. Ini semua seperti kapal karam yang dipaksa berlayar dan berakhir ditelan ombak. Kita seakan menunggu pelangi setelah hujan, tapi yang ada malah kabut kelabu. Seperti beruang yang kehilangan madunya, dan layaknya jemari yang kehilangan pelananya. Terbakar, sebentar saja...
Maka dari itu, sekali lagi jeritanku memaksa untuk menyerah. Aku tak kuat terseok begini sayang. Aku tak sanggup jika kau terus-terusan berlari menjauh. Aku tak bisa bermimpi tanpa kau yang mengisi. Aku tak bisa menguntai tanpa benang untuk membuatkanmu syal hangat. Aku, berhenti.
Kamis, 26 Juli 2018
Rabu, 25 Juli 2018
Tandus
Hari ini, aku berusaha untuk menghabiskan waktu dengan beberapa temanku. Semuanya tertawa seakan menahan sesuatu, yang akupun tak tahu apa. Aku mencoba berputar, membanting stir yang selalu menuju ke arah seseorang yang tak dapat kutebak maunya apa. Selalu kutuduh dia sebagai pengundang tangisku, biar diriku letih dan berhenti mencari kabarmu.
Selama ini kukira rasa sepi bisa tandus karena ramai, ternyata aku salah. Mau kemanapun berlari, sepertinya sama saja. Aku tak tahu aku ini butuh apa, atau malah tak membutuhkan apa-apa. Jadi aku mulai berpikir dan mencari jawaban, apakah rasanya akan sama jika aku memilih untuk menetap dengannya kemarin sore?
Minggu, 15 Juli 2018
Benar?
Jadi hari ini, kutumpahkan semua keluhku. Tampaknya diapun begitu, buktinya pesan yang ia kirim lebih panjang daripada pesan milikku. Awalnya aku takut, takut menghadapi rasa sesak yang hadir sedetik setelah kami membahas ini. Lalu, kuhirup udara dalam-dalam hingga relungku penuh dan kubuang melewati laring menuju mulut. Aku harus kuat. Hidupku tak akan baik-baik saja jika terus menerus menahannya, dan aku takkan gila jika aku harus kehilangan sesuatu yang dari awal memang bukan milikku. Benar?
Kamis, 12 Juli 2018
Jadi
Jadi, aku baru saja membaca hampir keseluruhan tulisan yang kuunggah tahun lalu. Sambil mendengar lagu yang terlantun ketika kalian membuka blogku via pc, kubaca dengan teliti, satu persatu. Inilah yang kusukai dari membaca, tentunya sambil mendengar lagu tertentu. Aku seperti ditarik kembali ke masa-masa dimana aku menulisnya, perasaanku seakan tahu betul apa yang kurasakan saatku mengetik cerita bait demi bait. Coba tebak, aku kembali menangis membacanya. Tak hanya tangisan kesedihan, tapi kecewa...
Aku baru sadar, ada sesuatu di hatiku yang tidak sembuh sempurna, tak peduli seberapa kuat kamu berusaha untuk mengobatinya. Luka ini bukan hanya karenamu, tapi juga karenaku. Bahkan, aku membaca surat cintaku untukmu dengan air mata juga. Berpikir, seburuk apa nasibku dulu memperjuangkan hati yang ternyata belum menjadi milikku. Jadi, apapun yang terjadi dan kukatup rapat-rapat dalam perasaanku sekarang, bisakah dikatakan bahwa ini merupakan cara Tuhan agar kamu mengerti apa yang kurasa?
Kasihan, bodoh. Aku tak bisa menceritakan sejauh apa kedua kata itu bermakna bagiku. Aku malah kembali melihat tanggal dimana aku menulis unggahan tersebut. Bulan depan genap setahun berlalu, tapi masih ada yang berbekas. Lalu, tadi kuputuskan untuk mengajak bertemu seorang temanku yang juga temanmu. Tapi, maaf, disini aku hanya ingin menceritakan segala hal tentang diriku yang tak kunjung selesai dengan waktu yang terlampau lama. Setahun, dan masih saja sama?
Dia mengabariku jika kami bisa bertemu sekitar awal bulan dan aku akan mengabarinya setelah mendekati hari H, dia pun menyetujui. Aku kira ini cukup kuceritakan disini tanpa memberitahumu. Tak ada niat untuk mengulang cerita kembali, aku hanya ingin fokus untuk mengobati diriku sendiri. Setelah ini, aku harus bisa hidup dengan perasaan yang lapang. Harus.
Kepulanganku ke Medan tak terasa tinggal 9 hari lagi, kebanyakan hari kuhabiskan untuk bertukar cerita dengan sepupu-sepupuku, sesekali kami menonton film Ant-Man di Plaza Medan Fair. Akupun bercerita tentang niatku untuk tak menetap di Medan. Kota ini terlalu padat tentang kesedihanku yang dulu. Setiap tempat berisi tentangnya yang masih memenuhi sudut kota, sudah hampir sama tercemarnya dengan Yogyakarta. Kami bercerita juga tentang negara yang mungkin akan kujadikan tempat untuk melanjutkan studiku, Belanda, Australia, dan Inggris.
Sepulang dari Medan, seorang temanku pun tampaknya sudah siap untuk bertemu dan mendiskusikan hal yang tak jauh dari Hukum Internasional dan Scholarship. Kami sudah berteman sejak semester pertamaku disana, dan kurasa kami cukup kompak jika disuruh berdiskusi tentang suatu hal. Lucu rasanya mengingat bagaimana caranya membuatku mandiri, seperti memberiku jawaban di antara konvensi berbahasa inggris. Maknanya tersirat, lantas ia menyuruhku membaca keseluruhannya. Biar tak manja katanya.
Temanku ini juga sedang menghadapi hari-hari beratnya, dan aku juga ingin bertanya mengenai cara bagaimana ia menyampingan hal-hal yang men-distract dirinya. Kami sering bertukar informasi tentang apapun itu, baik tentang studi maupun hal lain. Pernah suatu ketika saat kami duduk di meja dimana kami dulu pernah belajar bersama sekitar hampir 3 tahun yang lalu, ia menertawakan karena disana kami ditemani juga dengan seseorang yang sebegitu awarenya terhadap teman-temanku. Sebentar saja, setelah itu kami kembali terhanyut ke dalam pembahasan Hukum Laut Internasional yang menuntut kami membaca UNCLOS sampai khatam.
Setiap orang mempunyai masalahnya sendiri, jangan pernah berpikir bahwa masalahmu adalah masalah yang paling berat. Ya, akhir-akhir ini aku sering mengutip kalimat dari orang-orang yang menasihatiku, benar-benar meresapi mana yang harus kukutip dan mana yang tidak. Banyak hal-hal positif yang kuserap dari sekitarku, aku berubah, kurang lebih. Perlahan, aku mulai menertawakan diriku tahun lalu.
Hal terfavoritku semenjak berada di Medan adalah sharing dengan sepupuku yang tak kunjung menemukan calon istri di umur penghujung 20 nya. Lucu rasanya ketika melihat mama yang sangat bersemangat jika sepupuku ini tertarik dengan seseorang. Kami tak hanya membahas perihal tujuanku dan berbagai rencanaku kedepannya, tetapi juga membahas perjalanan cinta kami yang selalu kandas tak bertepi haha. Kami juga selalu menunggu @tahilalats mengunggah foto yang super Mind BlowOn di tiap harinya. Tak lupa untuk membaca berita hanya dibagian komentar netizen, mencari hiburan katanya.
Aku terus menghitung hari untuk kembali ke kota Yogyakarta, kota yang membuatku lupa kampung halaman. Aku terlalu cinta akan pulau Jawa, membuatku enggan kembali ke pulau kelahiranku. Maka, sekarang kuputar lagu Sebuah Cerita Klasik yang dinyanyikan kembali oleh Rendy Pandugo, membiarkan diriku menelan semua kesedihan karenamu, merayakan kebahagiaan yang ada, dan bergegas meninggalkan kota-kota yang selayaknya tak di huni olehku.
Aku baru sadar, ada sesuatu di hatiku yang tidak sembuh sempurna, tak peduli seberapa kuat kamu berusaha untuk mengobatinya. Luka ini bukan hanya karenamu, tapi juga karenaku. Bahkan, aku membaca surat cintaku untukmu dengan air mata juga. Berpikir, seburuk apa nasibku dulu memperjuangkan hati yang ternyata belum menjadi milikku. Jadi, apapun yang terjadi dan kukatup rapat-rapat dalam perasaanku sekarang, bisakah dikatakan bahwa ini merupakan cara Tuhan agar kamu mengerti apa yang kurasa?
Kasihan, bodoh. Aku tak bisa menceritakan sejauh apa kedua kata itu bermakna bagiku. Aku malah kembali melihat tanggal dimana aku menulis unggahan tersebut. Bulan depan genap setahun berlalu, tapi masih ada yang berbekas. Lalu, tadi kuputuskan untuk mengajak bertemu seorang temanku yang juga temanmu. Tapi, maaf, disini aku hanya ingin menceritakan segala hal tentang diriku yang tak kunjung selesai dengan waktu yang terlampau lama. Setahun, dan masih saja sama?
Dia mengabariku jika kami bisa bertemu sekitar awal bulan dan aku akan mengabarinya setelah mendekati hari H, dia pun menyetujui. Aku kira ini cukup kuceritakan disini tanpa memberitahumu. Tak ada niat untuk mengulang cerita kembali, aku hanya ingin fokus untuk mengobati diriku sendiri. Setelah ini, aku harus bisa hidup dengan perasaan yang lapang. Harus.
Kepulanganku ke Medan tak terasa tinggal 9 hari lagi, kebanyakan hari kuhabiskan untuk bertukar cerita dengan sepupu-sepupuku, sesekali kami menonton film Ant-Man di Plaza Medan Fair. Akupun bercerita tentang niatku untuk tak menetap di Medan. Kota ini terlalu padat tentang kesedihanku yang dulu. Setiap tempat berisi tentangnya yang masih memenuhi sudut kota, sudah hampir sama tercemarnya dengan Yogyakarta. Kami bercerita juga tentang negara yang mungkin akan kujadikan tempat untuk melanjutkan studiku, Belanda, Australia, dan Inggris.
Sepulang dari Medan, seorang temanku pun tampaknya sudah siap untuk bertemu dan mendiskusikan hal yang tak jauh dari Hukum Internasional dan Scholarship. Kami sudah berteman sejak semester pertamaku disana, dan kurasa kami cukup kompak jika disuruh berdiskusi tentang suatu hal. Lucu rasanya mengingat bagaimana caranya membuatku mandiri, seperti memberiku jawaban di antara konvensi berbahasa inggris. Maknanya tersirat, lantas ia menyuruhku membaca keseluruhannya. Biar tak manja katanya.
Temanku ini juga sedang menghadapi hari-hari beratnya, dan aku juga ingin bertanya mengenai cara bagaimana ia menyampingan hal-hal yang men-distract dirinya. Kami sering bertukar informasi tentang apapun itu, baik tentang studi maupun hal lain. Pernah suatu ketika saat kami duduk di meja dimana kami dulu pernah belajar bersama sekitar hampir 3 tahun yang lalu, ia menertawakan karena disana kami ditemani juga dengan seseorang yang sebegitu awarenya terhadap teman-temanku. Sebentar saja, setelah itu kami kembali terhanyut ke dalam pembahasan Hukum Laut Internasional yang menuntut kami membaca UNCLOS sampai khatam.
Setiap orang mempunyai masalahnya sendiri, jangan pernah berpikir bahwa masalahmu adalah masalah yang paling berat. Ya, akhir-akhir ini aku sering mengutip kalimat dari orang-orang yang menasihatiku, benar-benar meresapi mana yang harus kukutip dan mana yang tidak. Banyak hal-hal positif yang kuserap dari sekitarku, aku berubah, kurang lebih. Perlahan, aku mulai menertawakan diriku tahun lalu.
Hal terfavoritku semenjak berada di Medan adalah sharing dengan sepupuku yang tak kunjung menemukan calon istri di umur penghujung 20 nya. Lucu rasanya ketika melihat mama yang sangat bersemangat jika sepupuku ini tertarik dengan seseorang. Kami tak hanya membahas perihal tujuanku dan berbagai rencanaku kedepannya, tetapi juga membahas perjalanan cinta kami yang selalu kandas tak bertepi haha. Kami juga selalu menunggu @tahilalats mengunggah foto yang super Mind BlowOn di tiap harinya. Tak lupa untuk membaca berita hanya dibagian komentar netizen, mencari hiburan katanya.
Aku terus menghitung hari untuk kembali ke kota Yogyakarta, kota yang membuatku lupa kampung halaman. Aku terlalu cinta akan pulau Jawa, membuatku enggan kembali ke pulau kelahiranku. Maka, sekarang kuputar lagu Sebuah Cerita Klasik yang dinyanyikan kembali oleh Rendy Pandugo, membiarkan diriku menelan semua kesedihan karenamu, merayakan kebahagiaan yang ada, dan bergegas meninggalkan kota-kota yang selayaknya tak di huni olehku.
Selasa, 10 Juli 2018
Selasaku..(Baca aja, manatau ada nama kalian)
Tanggal 10 Juli 2019, hari jadi yang ke sepuluh bulan katanya. Dipikir-pikir, sudah mirip seperti bayar bulanan kost belum? Selamat hari jadi sayangku yang super duper bawel + nyebelin, yang biasanya selalu pura-pura lupa tanggal 10 dan berakhir dengan pacarnya yang nge-rapp sambil air mata cengengnya bertumpah ruah. Bukannya mencoba melancarkan bujuk rayu, tapi malah tertawa ehe ehe, khasmu. Semakin sebel semakin bahagia, kan?
Beberapa postingan terakhir sengaja baru di upload setelah kutulis berbulan-bulan yang lalu, bukunya baru nemu. Tapi khusus yang ini, mari lupakan diksi berat dan cerita sendu, sudah lawas. Tapi sayang, disini aku mau membahas diriku sendiri dulu, tulisan tentangmu ditunda sebentar, rindunya belum cukup. Mau lanjut baca? Berarti sayang lagi kangen aku :P
Aku hari ini cuma ditemani secangkir teh hangat, laptop dengan baterai penuh, dan lagu-lagunya Sheila on 7. Fiersa Besari, cuti dulu ya? Bodo amat kalau lagunya So7 ngingetin kamu sama mantan, tapi aku malah ingetnya kamu. Jadi sekarang aku sudah tak seperti dulu yang ketakutan setengah mati saat kamu jauh, aku tau kok dimana rumahmu, pelukan mana yang engkau tuju disaat lelah. Bahagiakan dulu diri sendiri, baru kita bisa membahagiakan orang lain, benar?
This is it, semester terakhirku *aamiin* dengan status mahasiswa calon sarjana akhirnya datang juga. Skripsi, KKN, Study Visit, dan segala urusan di belakangnya sudah mulai menghantui. Melihat bagaimana caraku melewati hari, hmm maksudnya dengan kurang produktif, menjadi ketakutan tersendiri. Alhasil, sebulan ini dipenuhi dengan menonton video IELTS preparation dan searching tentang berbagai requirement untuk menyandang status master student *ehe ehe. 2020, insyaallah. Akhirnya, tekat yang suka melempem - melempem ini bulat sudah. Mengingat ujian IELTS di bulan Februari, deg-deg an ku kali ini melebihi deg-deg an saat mendengar pernyataan cinta 10 bulan yang lalu :P
Beberapa program scholarship sudah tertulis di buku kecilku dengan tinta hitam, huruf kapital, dan tentu saja BOLT. Bukan provider internet ya, maksudnya tulisan bercetak tebal. Sudah sangat siap untuk leave my 3,5 years city and everything behind, siap untuk start my new life. Plan B? Pasti ada kok. Aku berencana untuk bekerja di Jabodetabek, niatnya Bandung sih, tapi pacarku tak sanggup katanya :P Yang dekat-dekat ajalah, biar ga ngabisin duit buat LDR juga.
Daah Teen, tahun ini peresmian perdana kalau masa remajaku sudah berakhir. Kalau main The Sims, young adult kayaknya. Tahun depan menurut KUHPdt, udah bisa kawin lari euyeuy =)) Tapi sayang sekali, belum ada plan untuk kawin sambil berlari, capek. Kalau lancar, bulan dengan juga mau dateng ke kondangannya Bang Edi, abang keduanya pacarku. Ya semoga aja lancar, semoga rencana kita sejalan ya sama kehendaknya Allah, Bismillah.
Makin kesini makin terbiasa kalau apa yang kita mau tak selalu sejalan dengan resultnya, makin tau juga siapa yang bisa dijadikan sahabat, teman, dan "teman". Makin kebal sama manis dimulut memaki di belakang. Makin tau mana-mana aja manusia yang berlagak sok benar dan mengomentari orang lain, terlebih masa lalunya. Disaat mereka sibuk mengurus keburukanku, aku disini sibuk mengurus diriku, ngurusin jin tomang tungleh yang sekarang lagi nganterin mbak Pipit + keluarganya liburan di Jogja. Sayang sih, mbak Pipit dateng pas akunya di Medan. Belum jodoh mbak.
Btw, 12 hari menuju kepulanganku ke kota perantauan. Percayalah, merantau itu udah seperti ngelem, bikin nagih. Sekali kamu keluar, bisa beradaptasi, kamu akan ketagihan untuk mencoba tempat-tempat baru. Untuk orang dari bagian Indonesia yang hampir paling barat, merantau ke pulau Jawa memang seru. There's lots of things yang ga ada di Sumatra, dan ada juga hal-hal yang ada di Sumatra tapi tak ada di pulau jawa. They complete each other, itulah kenapa kita butuh pulang kampung juga. Bukannya gak sayang kota kelahiran, tapi aku lebih sayang dengan kebahagiaanku + masa mudaku. Lulus di umur yang masih 20 tahun *aamiin*, malah membuatku bersemangat untuk mengexplore kota-kota besar.
Untuk temanku Abdul, congratulation for your master scholarship, semoga bisa jadi presiden Yaman ASAP. Orang yang belum pernah ku mention di dalam blog ini, yang kurang lebih membuat pandanganku tentang dunia luar agak terbuka "sedikit" lebar. Thank you for advices, thank you for spread lots of positivities dan selalu ngeyakinin aku kalau aku itu lebih dari seorang "aku". Terima kasih juga karena remind me that I must know about my logic plan and keep going to make it happen. Kalau gagal? Don't change your dreams, but change the way.
Untuk kakak-kakakku, Kak Rena dan Kak Ju, Mama + Papa kalau lagi di kantor, selamat menempuh hidup baru. Eit belom selesai, sebagai pengangguran =)) Tolong kasi pencerahan ke Kak Ju, kalau botol minum Star Wars ku so useful. Tunggu nama kalian di dalam bagian kamsia kamsia skripsiku yakk. Semoga tepat waktu, karena aku mulai dihujani pertanyaan "Kamu kapan pendadaran?", terkhusus kepada Ibu Kepala KPBB, Bu Nana yang sudah buka calang untuk mengingatkan hal ini :(
Untuk Pak Andre, yang suka re-stock advices dan tempat curhat + meramal nasib gratis. Makasi ya pak atas wejangan-wejangannya, udah ketemu pacarku kan? Gendut gak pak? Kalo menurutku sih, ENGGAK. So there's no reason to diet diet ya Pak Fifin Afrialdy :) Bakalan kangen sama Pak Andre yang selalu ngajakin Bolos, Monday Madness, sampe ke Sekapatat. Yang tiap masuk kantor selalu bilang "Woh, kemana aja kamu? Lama ga keliatan." atau "Belajar terus gak baik, kamu terlalu strict, main lah kapan-kapan.". Satu satunya makhluk yang menyuruhku main =))
Untuk Laras ma lope-lope bebeb gilak kecanduan cintanya Baekhyun, speechless keknya shay. My 3 months so bahagia karena ada dirimu di kantor, diriku seperti buta warna ketika kita tak sekantor lagi BAHAHAHAHAHA. Kangen nich, semoga kujadi ke bandung eaps. Kalo pacarku balik Tangerang, ku menjemputmu bebebssssss. Baik-baik KPnya yaaa, aku disini selalu berdoa biar ada a'a b'b c'c bandung yang kecantol dihatimu :( Tolong jangan terlalu lemah ya coy, nanti kamu ditindas, gakuat akutu liat yang gitugitu :(
Untuk Bella + Clodi, temen deketku selama 3 tahun lebih ini di kampus, thank you for keep supporting me no matter what happen. Selalu melihat dari 2 sisi, sekalipun disaat aku salah, selalu ada hal positif yang membuat mereka tetep aja ngasi wejangan-wejangan. Biasanya selalu ketemuan di tiap semester, karena semua udah mulai sibuk masing-masing. Apapun plan kalian, good luck bro. Mungkin kita harus oprec untuk temen duet beatboxnya si Bella, karena temen duetnya yang dulu udah resign.
Untuk Yon, mantanku yang paling DURHAKA pas SMA. Yang dateng-dateng nanya, apa dosanya di masa lalu. HAHAHAHA, pen ketawa sumpah. Babang ini ternyata demen baca blog ku, buktinya dia tau postingan laluku itu tentang siapa. Walaupun durhaka, banyak wejangan yang masih kuinget sampai sekarang, salah satunya adalah larangan untuk menyimpan perasaan apapun terhadap mantan, sekalipun rasa benci. Makasi ya bang, udah berkontribusi mengantar jemputku ke sekolah, ke tempat les prancis, sampe ke GO. Yang setiap malming selalu ngapel gak kemana-mana, cuma ngerjain PR. Yang doyan buat aku jadi bucin di kelas, sampe niatnya kuliah d Jogja bareng, tapi karena kau terlalu durhaka, jadi kuputusin sampe kau numbok dinding kamar mandi. Ada guyuran showernya gak? Makasi ya, udah membentukku sedikit banyak jadi perempuan yang "agak" tangguh + mandiri. Oh iya, wejanganmu yang satu lagi dan selalu kuinget sampai sekarang, jadilah perempuan yang dibutuhkan laki-laki, bukan perempuan yang membutuhkan laki-laki. Noted.
Untuk Aldo, makasi untuk beberapa tahun lebihnya. Dari SMP sampai kuliah, terima kasih atas kontribusinya. Aku belum sempat bilang terima kasih atas coklat yang kamu kirim pas kita SMP dulu. Terima kasih untuk menjadi orang baik dan repot-repot jagain bocah keras kepala ini selama bertahun tahun. Berat pasti, ya kan? Two thumbs buat kamu yang bisa ngatur aku yang gak bisa diatur dulu, yang doyan marah dan keburukan-keburukanku yang lalu. Sampai sekarang masih kesel karena di tiap pengen diet, selalu diajak nguduk atau ngeburjo dokdok + nasi sepiring. Live a happy life ya, manusia yang paling banyak berkontribusi dalam tahun-tahun perkuliahanku + ngerubah sifat-sifatku yang bikin orang istighfar. Bella missed you, katanya gaada lawan beatbox. Oh iya, gaada juga yang ngecein dia yang kalo pake baju selalu kamu ngecein mau main basket. Ajak dia beatbox kali-kali, kasian HAHA.
Untuk Nikita, idk apa yang ada di dalam pikiranmu, but we have to respect each other kan? Setiap keputusan di dalam hidupmu, itu sepenuhnya ada di dalam kendalimu. Thank you for being my best, yeah you were, were. Temen cuap-cuap sampe julid di tiap malam dulunya. Semoga apa yang menjadi rencana hidupmu itu sejalan dengan apa mauNya ya. Makasi udah mau "hampir" ikut-ikutan misuhin doby kalau engga di cegat Grace haha. Udah lupa? Kalau aku sih masih inget, terutama kebaikan-kebaikan kamu kemarin. Intinya, apa yang kamu lakuin sekarang, itulah yang terbaik. Kalau gak mau berteman, memang lebih baik begini daripada saling julid kan? Good luck.
Jejejejejejeejejejejejeejjejejejejeejnggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
For my last, Bapak Fifin Afrialdy, S.T. yang lagi struggle di ibu kota dan sekitarnya, THANK YOU FOR FOUND MEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE. Semoga pacarmu ini cepat menambah gelar S.H. di belakang namanya yang udah panjang. Tolong hapal benar-benar nama pacarmu sebelum terjadi penundaan pernikahan karena salah ijab qabul lebih dari tiga kali. Makasi ya sayangku, yang sudah mau mengalah sama pacarmu yang ternyata masih anak-anak sampe dirimu terheran-heran. Makasi udah mau jadi bocah disaat kita gila-gilaan, tapi jadi pemimpin disaat aku buta arah. Yang karena bongsor ga ketolongan dan punya cadangan energi yang tersimpan di dalam perutmu, maka dirimu mampu menggendongku kesana kemari. Masih inget gimana muka capek sayang pas aku nangisin semester 6 yang tak sesuai harapanku, padahal baru aja nyampe jogja dan nyempetin ke kost an dulu sebelum ke rumah. Dateng-dateng langsung meluk, tetiba ngegendong kayak anak kecil, dan selama hampir setengah jam ngusapin punggungku dan membiarkan air mata buayaku jatuh ke bahumu. Tukang bohong, karena selalu menjawab pertanyaan "Capek?" dengan kata "Engga", tapi berakhir minta pijitin. Yang mau ngajarin naik KRL, sampe motoran ke Pantai Watu Lawang di Gunung Kidul yang ramenya subhanallah. Yang boncengin naik motor Honda CB 100 nya mas Angga + pake jaket ala ala Dilan juga. Yang udah ke kota orang bareng-bareng *menggunakan kaki 80%, dari Bogor, Jakarta, Bandung, sampai Jogja. Yang baru kesampean kemarin muter-muter Jogja sampe mabok. Yang udah bertamasya ke rumah-rumah sepupumu di Bogor, dibawa buat jadi pekerja tukang motong + marut + ngaduk saos spagetti nya tante, kekenyangan sampe ketiduran berkali-kali di ruang TV, sampe lebaran pertama sama orang-orang rumah di Jogja. Jangan sedih-sedih ya cintee, gausah ditakutin kalo lebaran tahun depan adek gak disana. Celamat ya karena udah diajak main ke rumah aja sama oma, yang gegayaan ngatain anaknya nuub di depan papaku sendiri, dan YANG SELALU JIHAD DI PUBG SAMPE KAU MELUPAKANKU! Tolong dikurang-kurangi PUBG nya ya sayang, aku semakin hari semakin kesal :) Cara paling ampuh untuk jahilin mas pipin tuh kalau ngomong "yaudahlah, kita nikah 10 tahun lagi aja". Pasti langsung dijawab "matilah aku bebs" =)) Baik-baik ya nang disana, jangan ingat mantan lagi, nanti kuretakkan kelen satu-satu -_-
Berhubung tulisan ini cukup panjang, dan bagian dirimu bebski yang paling panjang (padahal tulisan ini niatnya didedikasikan untukku dan teman-temanku), maka kita akhiri saja. Intinya, you guys mean so much to me, gak peduli kalian berpikiran sama ataupun tidak. Selamat menempuh semester 7 kawan, semangat mengejar gelar sarjana hukumnya. Selamat menempuh hidup sebagai pengangguran juga kakak-kakakku. Give your best ya, and God will do the rest :)
Beberapa postingan terakhir sengaja baru di upload setelah kutulis berbulan-bulan yang lalu, bukunya baru nemu. Tapi khusus yang ini, mari lupakan diksi berat dan cerita sendu, sudah lawas. Tapi sayang, disini aku mau membahas diriku sendiri dulu, tulisan tentangmu ditunda sebentar, rindunya belum cukup. Mau lanjut baca? Berarti sayang lagi kangen aku :P
Aku hari ini cuma ditemani secangkir teh hangat, laptop dengan baterai penuh, dan lagu-lagunya Sheila on 7. Fiersa Besari, cuti dulu ya? Bodo amat kalau lagunya So7 ngingetin kamu sama mantan, tapi aku malah ingetnya kamu. Jadi sekarang aku sudah tak seperti dulu yang ketakutan setengah mati saat kamu jauh, aku tau kok dimana rumahmu, pelukan mana yang engkau tuju disaat lelah. Bahagiakan dulu diri sendiri, baru kita bisa membahagiakan orang lain, benar?
This is it, semester terakhirku *aamiin* dengan status mahasiswa calon sarjana akhirnya datang juga. Skripsi, KKN, Study Visit, dan segala urusan di belakangnya sudah mulai menghantui. Melihat bagaimana caraku melewati hari, hmm maksudnya dengan kurang produktif, menjadi ketakutan tersendiri. Alhasil, sebulan ini dipenuhi dengan menonton video IELTS preparation dan searching tentang berbagai requirement untuk menyandang status master student *ehe ehe. 2020, insyaallah. Akhirnya, tekat yang suka melempem - melempem ini bulat sudah. Mengingat ujian IELTS di bulan Februari, deg-deg an ku kali ini melebihi deg-deg an saat mendengar pernyataan cinta 10 bulan yang lalu :P
Beberapa program scholarship sudah tertulis di buku kecilku dengan tinta hitam, huruf kapital, dan tentu saja BOLT. Bukan provider internet ya, maksudnya tulisan bercetak tebal. Sudah sangat siap untuk leave my 3,5 years city and everything behind, siap untuk start my new life. Plan B? Pasti ada kok. Aku berencana untuk bekerja di Jabodetabek, niatnya Bandung sih, tapi pacarku tak sanggup katanya :P Yang dekat-dekat ajalah, biar ga ngabisin duit buat LDR juga.
Daah Teen, tahun ini peresmian perdana kalau masa remajaku sudah berakhir. Kalau main The Sims, young adult kayaknya. Tahun depan menurut KUHPdt, udah bisa kawin lari euyeuy =)) Tapi sayang sekali, belum ada plan untuk kawin sambil berlari, capek. Kalau lancar, bulan dengan juga mau dateng ke kondangannya Bang Edi, abang keduanya pacarku. Ya semoga aja lancar, semoga rencana kita sejalan ya sama kehendaknya Allah, Bismillah.
Makin kesini makin terbiasa kalau apa yang kita mau tak selalu sejalan dengan resultnya, makin tau juga siapa yang bisa dijadikan sahabat, teman, dan "teman". Makin kebal sama manis dimulut memaki di belakang. Makin tau mana-mana aja manusia yang berlagak sok benar dan mengomentari orang lain, terlebih masa lalunya. Disaat mereka sibuk mengurus keburukanku, aku disini sibuk mengurus diriku, ngurusin jin tomang tungleh yang sekarang lagi nganterin mbak Pipit + keluarganya liburan di Jogja. Sayang sih, mbak Pipit dateng pas akunya di Medan. Belum jodoh mbak.
Btw, 12 hari menuju kepulanganku ke kota perantauan. Percayalah, merantau itu udah seperti ngelem, bikin nagih. Sekali kamu keluar, bisa beradaptasi, kamu akan ketagihan untuk mencoba tempat-tempat baru. Untuk orang dari bagian Indonesia yang hampir paling barat, merantau ke pulau Jawa memang seru. There's lots of things yang ga ada di Sumatra, dan ada juga hal-hal yang ada di Sumatra tapi tak ada di pulau jawa. They complete each other, itulah kenapa kita butuh pulang kampung juga. Bukannya gak sayang kota kelahiran, tapi aku lebih sayang dengan kebahagiaanku + masa mudaku. Lulus di umur yang masih 20 tahun *aamiin*, malah membuatku bersemangat untuk mengexplore kota-kota besar.
Untuk temanku Abdul, congratulation for your master scholarship, semoga bisa jadi presiden Yaman ASAP. Orang yang belum pernah ku mention di dalam blog ini, yang kurang lebih membuat pandanganku tentang dunia luar agak terbuka "sedikit" lebar. Thank you for advices, thank you for spread lots of positivities dan selalu ngeyakinin aku kalau aku itu lebih dari seorang "aku". Terima kasih juga karena remind me that I must know about my logic plan and keep going to make it happen. Kalau gagal? Don't change your dreams, but change the way.
Untuk kakak-kakakku, Kak Rena dan Kak Ju, Mama + Papa kalau lagi di kantor, selamat menempuh hidup baru. Eit belom selesai, sebagai pengangguran =)) Tolong kasi pencerahan ke Kak Ju, kalau botol minum Star Wars ku so useful. Tunggu nama kalian di dalam bagian kamsia kamsia skripsiku yakk. Semoga tepat waktu, karena aku mulai dihujani pertanyaan "Kamu kapan pendadaran?", terkhusus kepada Ibu Kepala KPBB, Bu Nana yang sudah buka calang untuk mengingatkan hal ini :(
Untuk Pak Andre, yang suka re-stock advices dan tempat curhat + meramal nasib gratis. Makasi ya pak atas wejangan-wejangannya, udah ketemu pacarku kan? Gendut gak pak? Kalo menurutku sih, ENGGAK. So there's no reason to diet diet ya Pak Fifin Afrialdy :) Bakalan kangen sama Pak Andre yang selalu ngajakin Bolos, Monday Madness, sampe ke Sekapatat. Yang tiap masuk kantor selalu bilang "Woh, kemana aja kamu? Lama ga keliatan." atau "Belajar terus gak baik, kamu terlalu strict, main lah kapan-kapan.". Satu satunya makhluk yang menyuruhku main =))
Untuk Laras ma lope-lope bebeb gilak kecanduan cintanya Baekhyun, speechless keknya shay. My 3 months so bahagia karena ada dirimu di kantor, diriku seperti buta warna ketika kita tak sekantor lagi BAHAHAHAHAHA. Kangen nich, semoga kujadi ke bandung eaps. Kalo pacarku balik Tangerang, ku menjemputmu bebebssssss. Baik-baik KPnya yaaa, aku disini selalu berdoa biar ada a'a b'b c'c bandung yang kecantol dihatimu :( Tolong jangan terlalu lemah ya coy, nanti kamu ditindas, gakuat akutu liat yang gitugitu :(
Untuk Bella + Clodi, temen deketku selama 3 tahun lebih ini di kampus, thank you for keep supporting me no matter what happen. Selalu melihat dari 2 sisi, sekalipun disaat aku salah, selalu ada hal positif yang membuat mereka tetep aja ngasi wejangan-wejangan. Biasanya selalu ketemuan di tiap semester, karena semua udah mulai sibuk masing-masing. Apapun plan kalian, good luck bro. Mungkin kita harus oprec untuk temen duet beatboxnya si Bella, karena temen duetnya yang dulu udah resign.
Untuk Yon, mantanku yang paling DURHAKA pas SMA. Yang dateng-dateng nanya, apa dosanya di masa lalu. HAHAHAHA, pen ketawa sumpah. Babang ini ternyata demen baca blog ku, buktinya dia tau postingan laluku itu tentang siapa. Walaupun durhaka, banyak wejangan yang masih kuinget sampai sekarang, salah satunya adalah larangan untuk menyimpan perasaan apapun terhadap mantan, sekalipun rasa benci. Makasi ya bang, udah berkontribusi mengantar jemputku ke sekolah, ke tempat les prancis, sampe ke GO. Yang setiap malming selalu ngapel gak kemana-mana, cuma ngerjain PR. Yang doyan buat aku jadi bucin di kelas, sampe niatnya kuliah d Jogja bareng, tapi karena kau terlalu durhaka, jadi kuputusin sampe kau numbok dinding kamar mandi. Ada guyuran showernya gak? Makasi ya, udah membentukku sedikit banyak jadi perempuan yang "agak" tangguh + mandiri. Oh iya, wejanganmu yang satu lagi dan selalu kuinget sampai sekarang, jadilah perempuan yang dibutuhkan laki-laki, bukan perempuan yang membutuhkan laki-laki. Noted.
Untuk Aldo, makasi untuk beberapa tahun lebihnya. Dari SMP sampai kuliah, terima kasih atas kontribusinya. Aku belum sempat bilang terima kasih atas coklat yang kamu kirim pas kita SMP dulu. Terima kasih untuk menjadi orang baik dan repot-repot jagain bocah keras kepala ini selama bertahun tahun. Berat pasti, ya kan? Two thumbs buat kamu yang bisa ngatur aku yang gak bisa diatur dulu, yang doyan marah dan keburukan-keburukanku yang lalu. Sampai sekarang masih kesel karena di tiap pengen diet, selalu diajak nguduk atau ngeburjo dokdok + nasi sepiring. Live a happy life ya, manusia yang paling banyak berkontribusi dalam tahun-tahun perkuliahanku + ngerubah sifat-sifatku yang bikin orang istighfar. Bella missed you, katanya gaada lawan beatbox. Oh iya, gaada juga yang ngecein dia yang kalo pake baju selalu kamu ngecein mau main basket. Ajak dia beatbox kali-kali, kasian HAHA.
Untuk Nikita, idk apa yang ada di dalam pikiranmu, but we have to respect each other kan? Setiap keputusan di dalam hidupmu, itu sepenuhnya ada di dalam kendalimu. Thank you for being my best, yeah you were, were. Temen cuap-cuap sampe julid di tiap malam dulunya. Semoga apa yang menjadi rencana hidupmu itu sejalan dengan apa mauNya ya. Makasi udah mau "hampir" ikut-ikutan misuhin doby kalau engga di cegat Grace haha. Udah lupa? Kalau aku sih masih inget, terutama kebaikan-kebaikan kamu kemarin. Intinya, apa yang kamu lakuin sekarang, itulah yang terbaik. Kalau gak mau berteman, memang lebih baik begini daripada saling julid kan? Good luck.
Jejejejejejeejejejejejeejjejejejejeejnggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
For my last, Bapak Fifin Afrialdy, S.T. yang lagi struggle di ibu kota dan sekitarnya, THANK YOU FOR FOUND MEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE. Semoga pacarmu ini cepat menambah gelar S.H. di belakang namanya yang udah panjang. Tolong hapal benar-benar nama pacarmu sebelum terjadi penundaan pernikahan karena salah ijab qabul lebih dari tiga kali. Makasi ya sayangku, yang sudah mau mengalah sama pacarmu yang ternyata masih anak-anak sampe dirimu terheran-heran. Makasi udah mau jadi bocah disaat kita gila-gilaan, tapi jadi pemimpin disaat aku buta arah. Yang karena bongsor ga ketolongan dan punya cadangan energi yang tersimpan di dalam perutmu, maka dirimu mampu menggendongku kesana kemari. Masih inget gimana muka capek sayang pas aku nangisin semester 6 yang tak sesuai harapanku, padahal baru aja nyampe jogja dan nyempetin ke kost an dulu sebelum ke rumah. Dateng-dateng langsung meluk, tetiba ngegendong kayak anak kecil, dan selama hampir setengah jam ngusapin punggungku dan membiarkan air mata buayaku jatuh ke bahumu. Tukang bohong, karena selalu menjawab pertanyaan "Capek?" dengan kata "Engga", tapi berakhir minta pijitin. Yang mau ngajarin naik KRL, sampe motoran ke Pantai Watu Lawang di Gunung Kidul yang ramenya subhanallah. Yang boncengin naik motor Honda CB 100 nya mas Angga + pake jaket ala ala Dilan juga. Yang udah ke kota orang bareng-bareng *menggunakan kaki 80%, dari Bogor, Jakarta, Bandung, sampai Jogja. Yang baru kesampean kemarin muter-muter Jogja sampe mabok. Yang udah bertamasya ke rumah-rumah sepupumu di Bogor, dibawa buat jadi pekerja tukang motong + marut + ngaduk saos spagetti nya tante, kekenyangan sampe ketiduran berkali-kali di ruang TV, sampe lebaran pertama sama orang-orang rumah di Jogja. Jangan sedih-sedih ya cintee, gausah ditakutin kalo lebaran tahun depan adek gak disana. Celamat ya karena udah diajak main ke rumah aja sama oma, yang gegayaan ngatain anaknya nuub di depan papaku sendiri, dan YANG SELALU JIHAD DI PUBG SAMPE KAU MELUPAKANKU! Tolong dikurang-kurangi PUBG nya ya sayang, aku semakin hari semakin kesal :) Cara paling ampuh untuk jahilin mas pipin tuh kalau ngomong "yaudahlah, kita nikah 10 tahun lagi aja". Pasti langsung dijawab "matilah aku bebs" =)) Baik-baik ya nang disana, jangan ingat mantan lagi, nanti kuretakkan kelen satu-satu -_-
Berhubung tulisan ini cukup panjang, dan bagian dirimu bebski yang paling panjang (padahal tulisan ini niatnya didedikasikan untukku dan teman-temanku), maka kita akhiri saja. Intinya, you guys mean so much to me, gak peduli kalian berpikiran sama ataupun tidak. Selamat menempuh semester 7 kawan, semangat mengejar gelar sarjana hukumnya. Selamat menempuh hidup sebagai pengangguran juga kakak-kakakku. Give your best ya, and God will do the rest :)
Minggu, 08 Juli 2018
Nadir
Hai, kau yang menunggu ceritaku lewat bait link instagramku. Apa kabar? Apa matamu masih bisa dipakai untuk mengerjap? Apa hidungmu masih berfungsi untuk bernapas? Apa gigimu masih bisa menggeretak sambil menguatkan rahangmu?
Setiap kali kuputar lagu Fiersa Besari, selalu saja teringat kamu. Siapa yang pertama kali memutar lagunya? Berkali-kali? Seketika aku langsung jatuh cinta, yang kini membuatku jatuh tanpa cinta disetiap putaran lagu. Btw, sekarang tengah kuputar juga. Judulnya, April.
Ada satu judul yang membuatku patah hati setiap mendengarnya, kamu pasti tau alasannya. Biar kita saja yang tau, jangan berbagi rahasia negara. Beberapa kali kuberanikan untuk melihatmu, yang sadar bahwa tatapannya tak dibalas. Beberapa kali juga aku tersenyum, ketir. Kalau ini maumu, kamu berhasil.
Aku sekarang seperti berlari tanpa henti, karna dipaksa menjadi jati yang bukan diri sendiri. Ku menyerupai orang lain, bahkan di depan orang terspesial yang aku punya. Aku dipaksa menyimpan rahasia, sesakit ini kah? Apa kau dulu juga sesakit ini?
Gelap, aku buta arah. Aku seperti narator tanpa narasi. Aku bahkan tak tau apa isi hatiku dan apa mauku. Yang pasti aku masih sadar, aku sekarang miliknya siapa. Tapi, kertas yang sudah robek, tak akan kembali seperti semula kan? Jadi aku memutuskan untuk diam, berusaha untuk tak berbisik sekalipun. Melihat dalam diam.
Aku masih ingat bagaimana angin malam menerpa wajahku sampai ke ujung rambut. Caramu merapatkan jaketku, memarahiku ketika pelukanku tak sekencang laju motormu. Bagaimana kamu memandangku dan caramu menghajar lelaki yang berani menyentuhku. Gerikmu yang dengan lantang mengumpati orang yang menyakitiku, ungkapmu saat mendiamkanku yang tengah terisak.
Sekarang tengah kuputar lagunya yang berjudul Nadir. Bolehkah kita mengulang masa-masa indah itu? Kutak mengerti apa yang terjadi hingga berakhir. Bagaimanakah kabarmu? Berhasilkah lupakanku? Diriku yang bodoh ini masih mendamba hadirmu. Eitt, itu liriknya haha.
Sebelum dirimu pergi, dan janjimu hilang arti, lihatlah perjuanganku. Namun jika memang harus berakhir sampai disini, biarku berharap dengan hati yang keras kepala. Hmmm, kurang lebih seperti itulah liriknya.
Kita seperti nadir, dua orang asing yang tidak saling tanya. Padahal, dulu pernah menjadi orang yang pertama yang ingin kita beritahu sesuatu hal sekalipun sepele dan tempat menangis tersedu-sedu ketika dunia menampar pipi kita. Padahal, dulu sering tak bisa tidur karna ingin bertemu dan menunggu kecupan di keningku setiap malamnya. Padahal, dulu selalu memutari kota Yogyakarta untuk membuatku kantuk. Padahal, padahal.
Jadi, kubiarkan kamu tahu bahwa aku tengah memperhatikanmu. Selalu bertemu denganmu tak membuatku baik-baik saja jika berpapasan denganmu. Aku yakin, kamupun begitu. Aku sudah muak, setiap sudut kota ini mengingatkanku tentangmu, dan tentang dia yang pernah menoreh luka dan membengkak. Aku perlu keluar dari kotak ini, kotak yang kita isi dulu.
Aku letih, aku letih menangisi hal yang tak pasti. Suaraku lirih, karna tak sanggup memutari cerita dengan orang yang berbeda. Aku perlu keluar dari sini, melupakanmu. Aku baru teringat, dulu aku bukan saja membutuhkan orang baru, tetapi juga kota baru. 4 bulan tak cukup membuatku amnesia sebagian. Tak cukup. Jadi, kuputuskan untuk pergi jauh darimu, 14 bulan lagi.
Sabtu, 07 Juli 2018
Indah Pada Waktunya?
Mulanya kukira normal
Makanya kudiamkan saja
Rasa gelisah dan takut kehilanganmu
Terjebak tak bisa keluar dari relungku
Kubiarkan dia menahun
Bersarang di dalam diriku
Yang kian mati rasa
Karena terlalu takut untuk mengulang cerita
Yang pernah kurobek lalu kau coret
Kau pasti tak tau
Aku selalu terisak karna hal yang tak ada
Rasa tak enak selalu saja datang
Tanpa mengetuk pintu dan membiarkanku sadar
Kalau ternyata aku hanya merindukan hari kemarin
Tanpa mau mengulangnya kembali
Dulu? Kau mau tau rasanya?
Nyaman
Aku hidup tanpa rasa takut
Padahal cerita lamaku sama
Seperti ceritaku tentangmu
Rusak, bahkan telah usang
Aku bisa tidur tanpa bermimpi buruk terlebih dahulu
Aku bisa makan tanpa tersedak
Aku bisa mengerjap tanpa kelilipan
Bahkan aku bisa hidup dengan hidung dan mulut terkatup
Aku tersiksa
Tersiksa karna diriku sendiri
Aku tak letih, juga tak bosan
Aku tak tercekik, bahkan aku makan dengan perlahan
Tapi aku tersiksa, karna jauh darimu
Lantas aku bisa apa?
Bertahan? Melepas?
Aku pilih bertahan, tapi tak berjanji sampai kapan
Semampuku, aku akan menunggu
Sampai semuanya usai, sampai aku tak perlu bergelut dengan rasa egoku
Aku heran, aku bisa hidup tenang kemarin
Aku bahagia, walaupun terkadang menangis juga
Ya, aku sadar betul apa yang kutoreh minggu lalu
Aku sadar walaupun disuntik anastesi sejam lalu
Kata orang, tak ada gunanya menyesal
Tapi untuk kali ini, kubiarkan diriku berlarut dalam penyesalan
Kubiarkan kaset yang berisi bagaimana caraku
Menghancurkan semangatnya kemarin
Terputar terus menerus, sampai aku ingat rasa sakitnya
Tapi bukan berarti aku mau kembali
Dan bukan berarti karna masa laluku seperti lagu tua untukku
Tapi karna akulah yang tak pantas untuk kembali
Ke rumah tempatku pulang untuk beberapa tahun kemarin
Aku masih menyimpan jutaan rahasia yang bisa membunuh hatimu
Aku masih menahan diri untuk tak berteriak dan membuatmu sesak nafas
Bukankah setiap orang punya rahasianya masing-masing?
Katamu tempo hari
Aku, seperti di tengah persimpangan
Macet, tak ada lampu lalu lintas maupun jembatan penyebrangan
Hanya bisa diterobos, berharap tak ada yang menabrak
Atau berharap ada yang berhenti, walaupun jarang
Ternyata, aku berada di tengah jalan
Berdiri di pembatas jalur masuk dan keluar
Terdiam, menunggu
Seperti anak kecil yang memanjat pohon rambutan
Dan tak bisa turun karna banyak semut
Atau karna tak berani?
Jadi, biarkan saja aku
Tersesat di jalan tikus yang kubuat sendiri
Menangis sambil memeluk lutut dikala lelah
Menghapus sendiri derai air mata yang turun bergantian
Melempari jendela sampai penghuninya keluar
Dan menunggu kapan sang “indah pada waktunya” muncul...
Langganan:
Postingan (Atom)