Selasa, 27 Februari 2018

Rumahku, Kamu. (2/3)

Diposting oleh Alda Putri di 18.12 0 komentar
Aku ingat betul bahwa pagi itu deringan telepon yang memaksaku membuka mata. Pagi sekali pikirku, masih jam 5. Aku juga sangat yakin aku tersenyum dikala mengangkat teleponmu, dengan mata tertutup. Kutarik selimutku sampai menutupi kepala, kujawab sautanmu dari seberang sana. Kudengar suara serakmu dalam-dalam, ternyata aku belum bisa berhenti memperhatikanmu, bahkan untuk hal terkecil seperti ini..

Pembicaraan kitapun usai, tapi senyumku malah berubah jadi tawa. Kulirik lagi jam, lagi-lagi masih pukul 05.51 pagi, dan kau sudah berangkat dari sana. Kugeleng-gelengkan kepalaku tiga kali, pacarku ini, dalam hatiku. Sesegera mungkin aku berberes, maksud agar kau tak perlu menunggu sesampainya nanti. Sedikit kesal sih karena rintik gerimis agaknya turun dipagi itu, tapi ternyata hanya beberapa menit, lalu berhenti..

Kenapa gak pernah ke Bogor? Habisnya aku gak punya keluarga ataupun calon keluarga di Bogor, jadinya gak pernah kesana deh. Kau lagi-lagi tertawa kan setelah mendengar pernyataanku? Dan akhirnya, pagi itu kita langsung berangkat ke Bogor. Dari dulu aku memang penasaran, penasaran tentang kamu. Bagaimana masa kecilmu? Bagaimana duniamu dulu? Sebahagia apakah kamu? Apa kebiasaanmu? Apa kesukaanmu? Bagaimana sifatmu? Dimana kamu tinggal? Apa warna favoritmu?

Ini perjalanan terjauhku sepertinya, tetapi kaki kebas tak terasa olehku. Sebelumnya kita masih sempat mampir untuk sarapan bubur dan membeli sesuatu untuk orang rumah. Aku masih ingat bagaimana kagetku saat kita mau mampir ke rumah keluargamu disana. Kesan pertama, karena memang ini kali pertamaku..

Maaf ya, aku cerewet disepanjang perjalanan. Aku juga masih malu saat disuruh mendekat olehmu. Dari Jakarta Selatan, Depok, lalu Bogor. Kita sempat melewati TK mu dulu, Kemuning kan? Aku loh masih inget hehe. Kita juga sempat ziarah ke makam almarhum bunda, akhirnya kenalan dulu ya sama bunda. Kupandangi lekat-lekat, mencoba mencari tahu apa isi hatimu kala itu. Dalam hati aku sudah membuat janji loh. Tenang bun, anaknya alda jagain kok..

Akhirnya sampai juga, kita langsung duduk dan disuguhi teh anget plus dengan pisang gorengnya. Sumpah, tekanan batin banget kemarin liat the holy pisang goreng haha. Kamupun pergi sebentar, sholat jumat katanya. Dikala itu, akupun mengobrol dengan keluargamu. Sebenarnya yang paling membuatku tak berhenti tertawa itu disaat nenek menanyakan kamu, tapi dengan satu kata yang hampir membuatku menelan teh sampai ke gelas-gelasnya. Suami kemana? Aduh, semoga doanya dijabah Allah ya nek haha..

Setelah kamu sholat jumat dan makan siang, kitapun pamit. Muterin Kebun Raya Bogor, sampai nyobain asinan yang katanya langganan mama kalau ke bogor. Sebenarnya kemarin juga ngidam mie kocoknya, tapi ternyata space perut tidak memungkinkan. Pada akhirnya, kita langsung berangkat lagi ke BSD, iya, Tangerang Selatan..

Selasa, 20 Februari 2018

Rumahku, Kamu. (1/3)

Diposting oleh Alda Putri di 07.17 0 komentar
Aku akhirnya kembali lagi ke Jakarta, tanpa persiapan, semuanya serba mendadak. Kelas diakhiri melebihi waktu yang seharusnya.Gak nangung-nanggung, 20 menit. Tepat setelah si Bapak menutup buku pertanda kelas usai, aku langsung bergegas keluar kelas. Masih sempat singgah membeli makan malam, kubungkus dan kumakan di kost. Setelah makan dan memastikan tak ada yang tertinggal, aku akhirnya berangkat menuju Stasiun Lempuyangan tepat 30 menit sebelum keberangkatan..

Kembali kupastikan bahwa aku tak salah kursi, lalu kutaruh tas ransel yang beratnya bukan main di tempatnya. Kuhabiskan senjaku diperjalanan, yang dihiasi deritan kereta dengan rel sepanjang ratusan kilometer. Melewati sawah, lalu deretan rumah yang saling berdempetan. Aku menebak awan, ada yang berbentuk sapi dan kucing. Aku menghitung detik, tak sabar bahwa sebentar lagi aku akan menghirup udara yang sama denganmu. Aku tak sabar menggenggam tanganmu. Sudah cukup, biarkan si sabar beristirahat sebentar..

Sesampainya di Stasiun Pasar Senen, mataku terhenti dan mengajak untuk mengisi perut sembari menunggu KRL tujuan Pasar Minggu tiba. Akupun tertidur sesekali di KRL karena kalah dengan kantuk. Kupeluk tas erat-erat, aku tak bisa tidur sepanjang perjalanan tadi. Rasanya ingin secepat mungkin sampai di kost kakakku dan tepar, berharap semua pegal tak terasa setelah bangun. Sesampainya di kost, masih kusempatkan mendengar curhatan kakakku yang memang belum ketemui 7 tahun belakangan ini. Setelah dia berangkat kerja, akupun mandi dan merealisasikan mimpiku untuk tidur..

Aku terbangun sekitar jam 3 sore, kutonton beberapa video yang sudah kudownload sebelum berangkat tadi. Tak lupa aku menyiapkan tasku, karena Kak Ratna berencana mengajakku ke Pejaten Village sepulangnya dari kantor. Kuingat betul, sekitar jam setengah 8 malam kami berangkat. Sesampainya, kami langsung terhenti di Burger King. Kupesan cheese burger, potato wedges, dan segelas coca-cola. Kumakan sembari membicarakan cerita viral tentang Burger King ini sejak tempo hari. Setelah berkeliling sebentar, kamipun pulang karena memang mallnya tutup sebentar lagi. Akupun langsung membersihkan muka dan menyikat gigi, tak sabar bagaimana hari esok berlalu.....

Jakarta, 15 Februari 2018.

Minggu, 04 Februari 2018

Minggu, 04 Februari 2018

Diposting oleh Alda Putri di 04.47 0 komentar
Maka, hujan pun mengguyurmu dari ujung kaki ke ujung kepala. Kuyup memang, tapi aku tak menggigil. Kurebahkan badanku ke kasur, mematikan lampu kamar. Berbekal penerangan seadanya, kuraih laptop untuk menikmati sisa hujan. Kuputar lagu yang sampai sekarang aku masih tak mengerti apa maksudnya. Lagu sedih kah?

Handphoneku berdering, ternyata videocall dari kekasihku. Rindu memang, kuhitung tiap detiknya untuk menunggu 11 hari lagi. Rasanya ingin kudekap saja hingga sesak, kupeluk saja biar remuk. Aku penasaran, apa rindumu itu se-menyesakkan rinduku?

Kamis, 01 Februari 2018

Jumat, 02 Februari 2018

Diposting oleh Alda Putri di 17.22 0 komentar
Pagi ini kubangun disamping singa yang tertidur. Jam weker lamaku terus-terusan menjerit memaksa bangun. Aku masih ngantuk akibat bermain game semalam suntuk. Akhirnya, barusan saja aku mencoba bersahabat dengan kamar mandi. Jutek sekali, baru disentuh sudah dingin. Semua sibuk membicarakan gerhana bulan penuh, tetapi aku masih belum nalar dengan lagu yang baru kuputar dari Youtube tempo hari..

Makanya, aku langsung bergegas ke meja kantor sesampainya. Semua sudah hadir, aku yang terlambat. Apakah aku harus berdiri di depan pintu sebagai contoh kebobrokan bangsa seperti Dilan? Semua sibuk dengan urusannya sendiri, akupun ikut-ikutan sibuk. Sebelumnya kuseduh teh hangat, eh kopi. Jumat ini aku libur kuliah, kelas kosong menumpuk di Senin dan Rabu. Baru saja temanku memanggilku, menanyakan aku sedang mengerjakan apa. Hahaha, berhasil ternyata. Kubilang saja jangan perhatian, nanti jatuh cinta. Sebenarnya, dia juga perempuan..

Seperti Ayah Pidi Baiq, bukan hanya tahun 1990 saja Ayah dipaksa duduk sampai satu juta tahun lamanya. Kekasih Ayah hanya kuat delapan ratus lamanya? Aku sudah terlentang lima juta tahun masuk enam. Didepan komputer sebagai penjahat utama, yang membuat mataku mengabur tak berhenti. Oh iya, sedang kuputar lagu nya Agnez Mo - Sebuah Rasa yang dibawakan Hanin Dhiya. Ini lagu yang tadi kubilang, lagu apa sih..

Matahari sekarang ngambek, bercahaya tapi tak terlihat. Ada sih panasnya, tapi awannya hitam. Dia cemburu karena Bulan akhir-akhir ini lebih ramai diperbincangkan daripadanya. Kok bisa? Padahal Matahari gerhana penuh di tiap siang. Jangan ngambek, nanti kita mati..
 

Signatures of Blossom Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos