Jakarta, 04:25.
Aku subuh ini terbangun, terhadap sesuatu yang tak bisa aku jelaskan secara jelas. Tapi satu hal yang pasti aku rasakan adalah perasaan yang selalu datang dengan rasa yang sama, seperti nyeri di dada dan kesedihan yang tidak akan terlalu lama bertahan, ya sekitar 2-3 hari. Karena itu, aku putuskan untuk segera menulisnya dengan harapan akan kukenang suatu saat di suatu waktu pada suatu tempat di masa yang akan datang.
Dia adalah ‘teman’ yang bahkan kami tak saling mengenal, tak tahu wujudnya serta bentuk rupanya. Aku hanya mengetahuinya sebagai teman yang mendorongku untuk melanjutkan kuliahku di Perancis 7 tahun yang lalu. Shortly afterwards, she finally went back for good after 12 years lived in France. It was shocking me hence I’m not her real ‘friend’ to come along. Ini memang perasaan yang valid, tetapi entah mengapa dan ada apa ternyata sampai detik ini (I just realized haha) aku masih menganggapnya sebagai teman seperjuanganku (I decided to continue my bachelor in Yogyakarta and will go to somewhere out there nonetheless, France is an excluded country lol). Temanku, gugur.
Sedih, padahal aku juga belum berjuang untuk menimba ilmu diluar sana, aku belum berperang. Aku mengira aku sudah tidak lagi terlalu terganggu dengan hal ini (yk one of my closest friend who lived in the same dorm with me just moved out to another dorm which near from our office and I didn’t feel that kind of sense though). Ternyata, sepertinya perasaan ini mengecualikan memori lama ya. Aku, masih, tidak baik-baik saja.
In the sake of my purpose, I’ll give you the comfort you need, Alda. You’re the one who said that there’s only one presence that you can force to be with, and it is yours. It’s okay, everybody has their realm to be faced. Every problem will shape and make you way stronger than before (even though idk if it includes the problem or not haha). We ought to cross the bridge when we get there. Then, hang tight!
0 komentar:
Posting Komentar