#NP:
1. All the Things You Are - David Fitzpatrick Trio
2. Hikoukigumo - Relax a Wave
3. Only Trust Your Heart - Steve Devon
Halo.....
It's been a while since I haven't posted any blogs yah. Apa kabar kalian? Ya mungkin saja yang membaca blogku juga terhitung jari, but I'm so glad that you guys are still there...
Cerita dan cerita, setelah mencari-cari mood menulis yang sudah menghilang tak tahu dimana, akhirnya aku memutuskan untuk self-healing lagi melalui blogku. Beberapa waktu terakhir, aku merasa overthinking mulai menjadi salah satu kebiasaanku melewati malam. Idk how worse this is until I decided to talk to myself, loudly, in my room, all alone. Mengganggu banget, aku selalu ketakutan terhadap hal yang belum terjadi. Terkadang aku merenung, yang katanya musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri, I just realized that is kinda true...
Tahun 2022 ini menjadi tahun kesekianku menulis di blog ini, ya walaupun sebelumnya aku punya beberapa blog yang aktif kuisi sejak 2013 (sebelum aku decided untuk menghapusnya lol). Terlalu banyak peristiwa yang terlewati, tapi ada 1 hal, 1 hal yang sebenernya will be the star of this show...
Kematian.....
Why death? Aneh aja..
Aku merasa orang-orang cepat sekali melupakan orang yang telah mati, atau mungkin "terlihat" cepat melupakan. Aku mengamati mereka, sekitar mereka, mereka bisa tertawa dan bermain. Waktu tetap berjalan dan berlalu, terus meninggalkan mereka yang mati menjadi kenangan. Sementara itu, cerita dan waktu untuk siapapun yang telah meninggal, seakan terhenti. Sedih rasanya terkadang ada dari cerita mereka yang bahkan belum mampu mereka tamatkan, berhenti begitu saja. How lame..
Aku terkadang berpikir, sambil melihat gemerlap angkasa dikala malam, dimana flight malam mungkin akan menjadi salah satu kegiatan favoritku. Aku berpikir, apa yang mereka lakukan setelah meninggal? Apakah mereka bisa merasakan sedih? Sendu? Atau mereka menjadi makhluk yang tak akan lagi merasa ego? Apakah mereka bisa terbang? Menghilang? Berteleportasi? Apakah mereka sedih karena mereka sudah tak bisa lagi seperti kita? Dan apakah mereka sedih karena mereka tak lagi menjadi cerita di buku-buku hidup orang lain?
Semua pemikiran ini rasanya hendak meledak dari kepalaku, menuntut jawaban yang pertanyaannya saja tak tau harus kuajukan ke siapa. Cerita-cerita mereka rasanya tak adil jika tidak kita teruskan, mereka tertinggal, tak menua, tak berkembang, tak mekar seperti bunga lainnya. How pathetic..
Lalu aku berpikir, bagaimana kalau kita, yang tersisa, memaksa mereka untuk tetap hidup? Hidup dan menjadi saksi kita bertumbuh dan berproses, menyusun pemikiran dan kesadaran bahwa mereka masih ada, masih bernapas, tetapi hanya tinggal jauh dengan kita. Apakah bisa? Mengarang khayalan bahwa mereka tengah menghembuskan kepulan asap di atas coklat panas mereka, melihat salju yang perlahan turun menutupi jalan setapak. Mendengar lagu jazz klasik dari toko musik di sebrang mereka, menunggu bus yang sepertinya kembali terlambat karena pembersihan jalanan. Membayangkan, topi coklat muda mereka sangat hangat, dibalut syal bermotif beruang di sisi kirinya. Mereka hidup, kita saja yang tidak melihatnya...
Lalu aku berpikir, bagaimana kelak jika aku yang mati? Apa yang dirasakan orang sekitarku? Karena sejujurnya, aku merasa hanya sedikit orang yang menyayangiku sebegitunya sampai akan merasa kehilangan jika aku tidak ada. Aku terbiasa menghindar sekarang, aku cenderung suka keramaian, tetapi hanya sebagai penonton yang melihat dari ruangan yang hening tanpa suara. Aku tak lagi suka ikut bergabung, berteriak bahagia sambil mengangkat gelas berisi anggur merah yang tak sekecut bibir yang mengerucut kala itu. Apakah dunia mereka berhenti berputar sejenak, seakan berduka akanku walau sejenak? Aku merasa, tidak akan terlalu banyak yang kehilanganku...
Lalu, apa yang akan kulakukan kelak aku mati? Apakah aku bisa menghilang, berteleportasi, atau bahkan mengendap mendengar gosip-gosip tak tentu? Apa aku bisa menyatu dengan dinding sehingga dinding bisa berbicara? Apakah aku bisa ke Paris? atau London? Atau New York? Hahh, ternyata aku masih punya mimpi yang belum kucapai...
Aku menjalani hidup, tanpa pemaksaan bahwa aku harus menghidupi itu sekarang. Mungkin nanti, tapi perlahan. Hah, tiba-tiba aku teringat oleh seorang, mantan, mantan temanku...
Tak ayal kalau kekecewaan itu masih tertinggal, seperti mengeras dan membatu menahan pintu, agar tak terbuka bagi orang baru. Aku kecewa, marah, kesal, sedih, aku merasa aku dibohongi oleh orang yang kukira sahabatku. Sempat terpikir untuk aku berpura-pura tidak tahu saja, diam saja, lalu bertingkah seperti biasa saja. Tetapi rasanya luka goresannya berdenyut, membuatku menggeratakkan gigi menahan itu. Aku terlampau terluka untuk pura-pura baik-baik saja...
Untuk masalah duniawi, sepertinya aku akan mengganti mobilku. Apa aku pernah bercerita sebelumnya kepada kalian kalau aku sudah membeli mobil pertamaku? Pusing rasanya kalau part mobil itu susah dicari. Aku berencana mengganti Brio mungkin? atau Ayla? Atau March? Yang pasti tidak dengan part mobil yang inden. Semoga lancar ya...
Ya begitulah, sepertinya sampai disini saja. Pikiranku sudah kemana-mana karena mendapat chat-chat yang meminta jawaban segera. I'll see you when I see you.
bye.