Minggu, 18 September 2022

Feeling Left Out #MyLifeUpdate20

Diposting oleh Alda Putri di 14.52 0 komentar

 Jakarta, 04:25.


Aku subuh ini terbangun, terhadap sesuatu yang tak bisa aku jelaskan secara jelas. Tapi satu hal yang pasti aku rasakan adalah perasaan yang selalu datang dengan rasa yang sama, seperti nyeri di dada dan kesedihan yang tidak akan terlalu lama bertahan, ya sekitar 2-3 hari. Karena itu, aku putuskan untuk segera menulisnya dengan harapan akan kukenang suatu saat di suatu waktu pada suatu tempat di masa yang akan datang.


Dia adalah ‘teman’ yang bahkan kami tak saling mengenal, tak tahu wujudnya serta bentuk rupanya. Aku hanya mengetahuinya sebagai teman yang mendorongku untuk melanjutkan kuliahku di Perancis 7 tahun yang lalu. Shortly afterwards, she finally went back for good after 12 years lived in France. It was shocking me hence I’m not her real ‘friend’ to come along. Ini memang perasaan yang valid, tetapi entah mengapa dan ada apa ternyata sampai detik ini (I just realized haha) aku masih menganggapnya sebagai teman seperjuanganku (I decided to continue my bachelor in Yogyakarta and will go to somewhere out there nonetheless, France is an excluded country lol). Temanku, gugur.


Sedih, padahal aku juga belum berjuang untuk menimba ilmu diluar sana, aku belum berperang. Aku mengira aku sudah tidak lagi terlalu terganggu dengan hal ini (yk one of my closest friend who lived in the same dorm with me just moved out to another dorm which near from our office and I didn’t feel that kind of sense though). Ternyata, sepertinya perasaan ini mengecualikan memori lama ya. Aku, masih, tidak baik-baik saja.


In the sake of my purpose, I’ll give you the comfort you need, Alda. You’re the one who said that there’s only one presence that you can force to be with, and it is yours. It’s okay, everybody has their realm to be faced. Every problem will shape and make you way stronger than before (even though idk if it includes the problem or not haha). We ought to cross the bridge when we get there. Then, hang tight!

Selasa, 08 Maret 2022

My Dreams, Hot Chocolate, and ... #MyLifeUpdate19

Diposting oleh Alda Putri di 21.59 0 komentar

 NP: L'Amour, Les Baguettes, Paris - Stella Jang


It will be my first (or second) post which is written in English, so please keep in mind that I'm still learning so hard even my head can easily explode out right now. 

I had some issues lately that sometimes it was so hard to keep my sanity safe and, sadly, the most terrifying enemy I've ever known in my life is even myself. It's so hard until I found someone who, I thought, could help me for this far. I kept trying to answer all questions in my head, even I knew it was all about bullshits. I could not handle it myself, I need someone who can neutralize me, at least, it was my psychologist said.

I've spent every all night long with shouting at myself because all dumb ass thoughts were trying to suffocate and intoxicate me. It was so hard to know what was real or was it only in my brain? I was starting get angry even though everybody just sit still and did nothing. I built people who's even not real, places which are not exist, and the world which seems like they want to torture me. It was REALLY so hard for me, like there's a thing hit me so fuckin' hard right in my face. I know it doesn't sound make sense, but I don't know how to control it. Everything seems out of my control.

So, my psychologist suggested me (again) to go to psychiatrist to check all the diagnoses and get further medication. It looked messed up and was even getting worse once my family's trying to dig my unhealed wounds. It's okay, it's not my first time. I will try my best to against the shits and flush it out, even though sometimes I can't lie to myself that I need someone to give me their hand.

In the meantime, I think I want to focus on my Master. I have researched some universities which may be have the major I want. Maastricht has that major called Corporate and Commercial Law. It doesn't really write that it will be a International Business Law which I want, but since I check the syllabus, I think it will be my first choice to choose because it aligns with my recent work and hopefully will help me to get a scholarship. I know right the elective major I took in my Bachelor is not that match with my work and the major I'm going to take on my Master, but everybody changes, right? Haha.

For the sake of realizing it, I'm making plan to go to National Library with my friends. It's been a long long day since I didn't to go to library, so it's not that bad, huh? I'm so happy that finally I have time to have a me-time (it's not really me-time though, I bring my friends haha) with books, one of my favorite things. I really hope that day will be one of my favorite days too.

Ciao.

Jumat, 04 Februari 2022

Takut #MyLifeUpdate18

Diposting oleh Alda Putri di 09.53 0 komentar

 NP: 

1. Kokoro O Komete - Aoi Teshima

2. Baby God Bless You - Shinya Kiyozuka


Halo..

Belakangan ini intensitas menulisku lumayan lebih banyak daripada biasanya. Aku menulis, untuk memindahkan segala kecemasanku. Aku kembali terbenam dalam kekalutanku yang tak dangkal maupun dalam. Aku kembali mengalami hal-hal yang aku sendiri tak ingin aku alami. So, here I am, kembali menulis di ruangan gelap dengan alunan lagu pilihanku. Disini, tanpa ada orang yang tahu aku pernah menulis dan menangis...

Aku, kembali ketakutan terhadap hal-hal yang belum terjadi. Mereka seakan sudah bermain peran terlebih dahulu sebelum nyatanya mengejar dan menyadarkanku. Aku takut, akan pikiranku sendiri. Aku mulai merasa bahwa tidak ada tempat buatku bercerita, atau mungkin aku saja yang merasa tak mau? Aku mulai mengurung diri, karena tempat yang membuatku nyaman hanya kamarku sendiri. Aku enggan berinteraksi dengan orang lain, aku mulai membuat tembok tinggi yang bahkan seekor monyet saja enggan memanjatnya. Aku merasa, sendiri...

Aku sendiri, karena aku yang memilihnya. Aku yang membuat orang-orang agar tak dapat meraihku. Aku krisis kepercayaan, aku telah banyak dikhianati. Aku merasa dengan memberitahu duniapun tak mampu mengangkat beban yang ada di pikiranku. Aku muak dengan mereka yang berpura-pura, sibuk memasang topeng ketika datang mendekat. Malam seperti ini pun, kulalui dengan perasaan campur aduk. Duniaku sudah tutup hari ini, besok pagi baru kembali dibuka. Sementara, aku masih terjaga tanpa kantuk sedikitpun...

Aku penasaran, bagaimana rasanya pergi jauh, ketempat yang baru aku kunjungi, sendirian. Aku penasaran, bagaimana rasanya hidup tanpa berkomunikasi langsung dengan orang-orang. Apakah menyenangkan, atau sebaliknya, membosankan? Rasanya mimpi itu tetap ada, hanya saja sedang terkubur menunggu waktu mengatur posisinya agar didahulukan...

Beberapa hari yang lalu, aku baru saja mengalami hal yang tidak mengenakkan. Traumaku dibuat bahan olokan oleh orang yang menganggap tahu segalanya. Belum lagi sepupuku yang angkuh bukan kepalang. Aku heran dengan sepupuku itu, mengapa begitu membenci padahal aku sendiri tak pernah menganggapnya ada? Apa manusia dibuat dengan perasaan sebusuk itu? Ah sudahlah, toh aku tak akan membutuhkannya. Dari awal, dia yang merepotkanku. Dasar bocah...

Belum lagi dia yang menganggap dirinya tahu segalanya, apa dia psikolog ya? Trauma berarti tak punya Tuhan? Trauma tak masalah selagi tak ingin bunuh diri? Sinting. Boleh saja berbicara, tolong biayai setiap appointmentku ke pskiater ya. Beribadah tak menolongmu dari mulut dan jari yang menyakiti orang lain. Hidupku tak untuk memuaskanmu, prinsipku tak harus sama dengan prinsipmu. Aku rasa aku tak harus membahas seberapa sering aku melamunkan diriku untuk segera berlari dan mengiris pergelangan tanganku. Tak perlu kujelaskan di depan dunia betapa penasarannya aku dengan rasa sakit sebelum meninggal. Aku penasaran, apakah aku langsung menghilang? Kau, tidak berhak menjawabnya...

Aku bisa jaga menyakiti hati mereka, apalagi dengan kelakuan ibu dari sepupuku yang tak sopan itu. Aku hendak mengetik kurang, buru-buru kuganti dengan tak. Memang tidak sopan, lalu kenapa? Selama ini aku hidup sendiri, dengan mama, hanya berdua. Perasaan takut itu selalu ada, yang tak akan pernah kalian rasakan. Aku juga letih kalau setiap hari melakukan hal berulang seperti ini. Aku tak tenang, tidurpun selalu terbangun. Ngos-ngosan, seperti dikejar sesuatu, dan menangis. Setiap malam itu kujalani sendiri, tanpa satu orangpun yang tau. Setiap malam...

Jadi, rasanya aku hendak menghilang saja. Menghilang dari lingkungan kalian, menyelip ke tempat baru. Aku merasa tak punya keluarga, akupun sepertinya dari dulu tak menemukan sosok itu. Aku, hanya aku sendiri. Aku, akan hidup dengan dia, sang "Takut"...

Jumat, 14 Januari 2022

B A N D O E N G, dunia. #MyLifeUpdate17

Diposting oleh Alda Putri di 08.30 0 komentar

NP: Ava - Serge Dusault

Saying Goodbye to Home - Tom Merrall


Halo, baru saja kemarin ya kita saling berbicara, sekarang aku sudah datang lagi. Aku sepertinya hendak mengembalikan rutinitas lama lagi, karena ternyata salah saru cara menyembuhkan lukaku adalah dengan menulis.


Aku menulis ini tepat di persimpangan Jakarta - Bandung. Ya, aku kembali ke Bandung, tetapi tidak untuk mengagendakan liburan seperti dahulu. Di tahun ini, ini sudah kedua kalinya kami mengunjungi Kota 1000 kenangan ini. Iya kami, aku, dan mas.


Sahabat pena lamaku pasti sudah tau seberapa berartinya Bandung bagi kami. Rasanya masih hangat diingatan bagaimana rasanya jantungku berdebar dikala jemariku disusupi oleh telapak tangannya yang mengepal sempurna, sampai-sampai kedua tangan kami berpeluh. Keduanya tak bisa mengontrol degup hati, tapi semuanya berusaha melakoni perannya dengan kesempurnaannya. Klise memang, cerita cinta bait pertama.


Aku, berangkat tidak seperti kemarin. Kami menaiki kereta jam malam, kira-kira akan sampai dipertengahan malam nanti. Awalnya aku tak mau menulis, tetapi ada sesuatu hal yang memaksaku mengeluarkan isi kepala untuk melampiaskannya. Harapannya, esok akan tetap teringat.


Keretaku melaju, ya lumayan kencang. Bergoyang ke kiri dan ke kanan, seperti tak mau kalah dengan gempa petang tadi. Yang membuatku takjub, adalah, betapa menarik pandangannya kereta yang melaju dibawah rel yang berkelok. Aku bisa melihat gerbong yang berada di depanku, dengan lampu yang memancar disetiap kotak jendelanya. Luar biasa, sayang tak sempat kutangkap kamera.


Mas, sedang tertidur, setelah letih bermain game onlinenya. Sementara aku, bersandar di kereta, memasang airpods dengan mode noise cancellation. Badan mas, bergerak ke kiri dan ke kanan, mengikuti kemana kereta bergerak. Matanya terkatup rapat, peluhnya sesekali menetes, sambil termangut-mangut tak sadarkan diri. Sekarang malah dia tengah bersandar di bahuku, haha.


Kurang dari setengah jam lagi kami akan sampai, ingin rasanya bergegas tidur sampai-sampai tak peduli sekitar. Perut telah terisi, yang mana aku merasa berat badanku sedikit diluar kendali. Aku hari ini membeli timbangan, aku harus berdiet!


Aku juga sudah jarang olahraga, padahal dahulu senang sekali. Sepertinya banyak hal yang memang harus dibenahi, tapi tak mengapa, satu persatu.


Kehidupan di kantor hari ini juga kurang menyenangkan, sampai-sampai aku tak berselera untuk mengulang mengingatnya agar sekedar tercantum sebait di tulisanku. Payah! Aku masih kesal!


Sekarang, pundakku mulai sakit, sementara mas masih terlelap. Untungnya, sedetik yang lalu ia bertukar posisi. Melihat lagi wajahnya, mengibas poninya agar tak membuatnya gerah, sudah seperti anakku sendiri. Anakku yang sekarang tengah menemukan apa arti dunia untuknya.


Aku biarkan dia berjalan, setapak demi setapak, tanpa alas kaki. Ah, seperti ini rasanya! Terkurung di lemari kayu pun tak enak rasanya. Jadi, kuberikan dia dunia, kosong, yang kelak semoga dia bisa isi, tanpa aku, setidaknya untuk sementara. Dunia, miliknya, yang mengorbit kepadanya. Dunianya, yang tak bulat, namun tak lonjong. Dunianya, dunia barunya…

Selasa, 11 Januari 2022

Kematian, Lalu Apa? #MyLifeUpdate16

Diposting oleh Alda Putri di 20.30 0 komentar

 #NP: 

1. All the Things You Are - David Fitzpatrick Trio

2. Hikoukigumo - Relax a Wave 

3. Only Trust Your Heart - Steve Devon


Halo.....

It's been a while since I haven't posted any blogs yah. Apa kabar kalian? Ya mungkin saja yang membaca blogku juga terhitung jari, but I'm so glad that you guys are still there...

Cerita dan cerita, setelah mencari-cari mood menulis yang sudah menghilang tak tahu dimana, akhirnya aku memutuskan untuk self-healing lagi melalui blogku. Beberapa waktu terakhir, aku merasa overthinking mulai menjadi salah satu kebiasaanku melewati malam. Idk how worse this is until I decided to talk to myself, loudly, in my room, all alone. Mengganggu banget, aku selalu ketakutan terhadap hal yang belum terjadi. Terkadang aku merenung, yang katanya musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri, I just realized that is kinda true...

Tahun 2022 ini menjadi tahun kesekianku menulis di blog ini, ya walaupun sebelumnya aku punya beberapa blog yang aktif kuisi sejak 2013 (sebelum aku decided untuk menghapusnya lol). Terlalu banyak peristiwa yang terlewati, tapi ada 1 hal, 1 hal yang sebenernya will be the star of this show...

Kematian.....

Why death? Aneh aja..

Aku merasa orang-orang cepat sekali melupakan orang yang telah mati, atau mungkin "terlihat" cepat melupakan. Aku mengamati mereka, sekitar mereka, mereka bisa tertawa dan bermain. Waktu tetap berjalan dan berlalu, terus meninggalkan mereka yang mati menjadi kenangan. Sementara itu, cerita dan waktu untuk siapapun yang telah meninggal, seakan terhenti. Sedih rasanya terkadang ada dari cerita mereka yang bahkan belum mampu mereka tamatkan, berhenti begitu saja. How lame..

Aku terkadang berpikir, sambil melihat gemerlap angkasa dikala malam, dimana flight malam mungkin akan menjadi salah satu kegiatan favoritku. Aku berpikir, apa yang mereka lakukan setelah meninggal? Apakah mereka bisa merasakan sedih? Sendu? Atau mereka menjadi makhluk yang tak akan lagi merasa ego? Apakah mereka bisa terbang? Menghilang? Berteleportasi? Apakah mereka sedih karena mereka sudah tak bisa lagi seperti kita? Dan apakah mereka sedih karena mereka tak lagi menjadi cerita di buku-buku hidup orang lain?

Semua pemikiran ini rasanya hendak meledak dari kepalaku, menuntut jawaban yang pertanyaannya saja tak tau harus kuajukan ke siapa. Cerita-cerita mereka rasanya tak adil jika tidak kita teruskan, mereka tertinggal, tak menua, tak berkembang, tak mekar seperti bunga lainnya. How pathetic..

Lalu aku berpikir, bagaimana kalau kita, yang tersisa, memaksa mereka untuk tetap hidup? Hidup dan menjadi saksi kita bertumbuh dan berproses, menyusun pemikiran dan kesadaran bahwa mereka masih ada, masih bernapas, tetapi hanya tinggal jauh dengan kita. Apakah bisa? Mengarang khayalan bahwa mereka tengah menghembuskan kepulan asap di atas coklat panas mereka, melihat salju yang perlahan turun menutupi jalan setapak. Mendengar lagu jazz klasik dari toko musik di sebrang mereka, menunggu bus yang sepertinya kembali terlambat karena pembersihan jalanan. Membayangkan, topi coklat muda mereka sangat hangat, dibalut syal bermotif beruang di sisi kirinya. Mereka hidup, kita saja yang tidak melihatnya...

Lalu aku berpikir, bagaimana kelak jika aku yang mati? Apa yang dirasakan orang sekitarku? Karena sejujurnya, aku merasa hanya sedikit orang yang menyayangiku sebegitunya sampai akan merasa kehilangan jika aku tidak ada. Aku terbiasa menghindar sekarang, aku cenderung suka keramaian, tetapi hanya sebagai penonton yang melihat dari ruangan yang hening tanpa suara. Aku tak lagi suka ikut bergabung, berteriak bahagia sambil mengangkat gelas berisi anggur merah yang tak sekecut bibir yang mengerucut kala itu. Apakah dunia mereka berhenti berputar sejenak, seakan berduka akanku walau sejenak? Aku merasa, tidak akan terlalu banyak yang kehilanganku...

Lalu, apa yang akan kulakukan kelak aku mati? Apakah aku bisa menghilang, berteleportasi, atau bahkan mengendap mendengar gosip-gosip tak tentu? Apa aku bisa menyatu dengan dinding sehingga dinding bisa berbicara? Apakah aku bisa ke Paris? atau London? Atau New York? Hahh, ternyata aku masih punya mimpi yang belum kucapai...

Aku menjalani hidup, tanpa pemaksaan bahwa aku harus menghidupi itu sekarang. Mungkin nanti, tapi perlahan. Hah, tiba-tiba aku teringat oleh seorang, mantan, mantan temanku...

Tak ayal kalau kekecewaan itu masih tertinggal, seperti mengeras dan membatu menahan pintu, agar tak terbuka bagi orang baru. Aku kecewa, marah, kesal, sedih, aku merasa aku dibohongi oleh orang yang kukira sahabatku. Sempat terpikir untuk aku berpura-pura tidak tahu saja, diam saja, lalu bertingkah seperti biasa saja. Tetapi rasanya luka goresannya berdenyut, membuatku menggeratakkan gigi menahan itu. Aku terlampau terluka untuk pura-pura baik-baik saja...

Untuk masalah duniawi, sepertinya aku akan mengganti mobilku. Apa aku pernah bercerita sebelumnya kepada kalian kalau aku sudah membeli mobil pertamaku? Pusing rasanya kalau part mobil itu susah dicari. Aku berencana mengganti Brio mungkin? atau Ayla? Atau March? Yang pasti tidak dengan part mobil yang inden. Semoga lancar ya...

Ya begitulah, sepertinya sampai disini saja. Pikiranku sudah kemana-mana karena mendapat chat-chat yang meminta jawaban segera. I'll see you when I see you. 

bye.

 

Signatures of Blossom Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos