NP : Here!
Sebelumnya, aku menulis di blog ini bukan untuk dipersembahkan ke siapa-siapa, bukan juga sebagai panggung muramku. Aku menulis karena terkadang setiap kataku tak tahu siapa yang akan mendengar, tak tahu juga siapa yang membual. Aku menulis karena aku ingin, karena terkadang juga aku merindu akan nuansa lalu, walaupun pahit..
Kali ini maaf ya, tulisannya engga seceria sebelumnya. Aku cuma pengen cerita, ke siapapun itu, tanpa rasa ingin tahu kepada siapa aku bercerita. Aku seharian mencoba untuk tersenyum, walau kebanyakan melamun. Terkadang kupaksa saja diriku, gak pernah diem, biar ga kepikiran. Ya, kali ini terjadi lagi, mungkin aku bakalan ngelewatin hari ulang tahunku sebosan tahun lalu, sendirian. Hal yang paling berat lagi, mas bakalan pergi ke Bali...
Aku suka Bali, hampir semua orang suka dengannya. Rasanya aku memang ingin kembali kesana, rasanya ingin saja kembali kesana dan merutuki diri sendiri semalaman. Aku pernah melakukan salah satu kesalahan terbesarku di Bali, dan aku takut bahwa kesalahan ini akan dilakukan juga olehnya disana, saat aku tak ada dan ia terbawa suasana Baliku. Baliku, yang entah lewat apa bisa ku deskripsikan...
Aku memang punya rencana untuk berlibur kesana berdua dengannya, tapi sepertinya aku harus mengurungkan niatku, mungkin pergi sendirian lebih baik. Dulu, aku pergi kesana untuk meminta maaf atas kesalahanku 6 tahun yang lalu, terhitung dari tahun 2018 semenjak keberangkatanku. Haha, sepertinya aku menjadikan Bali sebagai tempat semenjijikkan itu. Aku selalu menimbun kesalahan-kesalahanku disana, di Bali...
Jadi, sekarang aku memilih untuk mendengarkan lagu yang bisa menenangkan. Rasanya juga sakit ketika membaca bahwa ternyata dia bisa merubah perasaannya terhadapku kalau dia mau. Persetan dengan rasa kesal saat mengucapkannya, dia tak tau bahwa konsekuensinya akan sebesar itu. Aku kembali lagi jatuh, dan mungkin saja dia baru sadar saat kapalku tak dapat berlabuh lagi di tempat pertamanya. Mungkin dia baru sadar nanti, bahwa separuh nyawaku hilang begitu saja setelah membaca pesannya. Mungkin dia baru sadar, saat aku sudah tak dapat menoleh. Akupun tak mau berpikir seperti ini, tapi bahkan aku saja tak bisa mengendalikan perasaanku...
Jadi, disini aku kembali ke titik terendah dalam hidupku. Aku kembali menahan tangis sembari menuangkan cerita ini ke dalam baris demi baris. Aku mungkin harus mulai mengepak barang dan memindahkannya satu demi satu. Aku sudah berusaha mengobati, kulihat percakapan kami tahun lalu, yang masih bisa bercengkrama dan tertawa, terkadang juga pusing menentukan tanggal berapa yang cocok untuk bertemu. Aku tahu perpisahan tak sesakit itu, aku tahu di setiap hujan selalu ada pelangi..
Tapi apakah boleh kalau aku mengatakan, aku tak sanggup melewati hujan sekali lagi dan tak perlu pelangi lain selain kamu? Aku hanya ingin berharap sekali, setidaknya berharap padamu...
Rabu, 10 April 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar