Jumat, 16 November 2018

Jumat, 16 November 2018.

Diposting oleh Alda Putri di 07.42 0 komentar
Aku baru saja selesai menonton film yang lumayan membuatku sering tersenyum belakangan ini, sekaligus berpikir. Aku berpikir atau bahkan melamunkan tentang sebenarnya apa tujuan hidupku? Disini aku berhenti untuk menjadi realistis dan menahan sedikit ambisiusme, aku ingin berfokus pada kata "bahagia". Apa definisi bahagia, setidaknya, bagiku?

Mungkin definisi bahagia tiap orang berbeda, malah mungkin "memang" berbeda. Beberapa scene dalam film tersebut malah membuatku penasaran. Penasaran akan sebahagia apa dia, penasaran seberat apa masalah yang sudah dia lalui, dan penasaran akan selelah apa dia sampai akhirnya berdiri di titik itu?

Seperti apasih sebuah pernikahan itu? Sebahagia apa saat kamu berjalan di tengah kerumunan tamu di acara pernikahanmu? Sesenang apa rasanya jika dicintai sedalam itu? Sedamai apa rasanya jika tiap malam kau didekap seakan ia tak rela jauh darimu, barang sedetikpun? Sepanik apa rasanya jika masakanmu hambar padahal ia sudah lapar? Serepot apa kamu dipagi hari untuk menyiapkan segala kebutuhannya sebelum berangkat kerja? Sehangat apa kopi buatanmu untuknya yang harus duduk di depan laptop karena masih ada laporan kerja yang belum ia selesaikan? Secantik apa mug yang kau pakai? Bahkan, senyaman apa rasanya jika kau dipeluk dari belakang dan mendengar bahwa ia mencintaimu, tepat di sebelah daun telingamu?

Aku masih tetap bertanya-tanya, sampai sekarang. Sadar, bahwa pasti banyak hal yang harus dipersiapkan untuk satu kebahagiaan itu, tetapi malah keinginanku untuk penasaran semakin lama semakin surut. Aku rasa aku tak se-semangat itu untuk menghadapinya agar dapat menjawab lusinan pertanyaan di atas. Terkadang aku merasa, bahwa hidup sendirian tidak terlalu buruk.

Masa perkuliahanku juga akan berakhir beberapa bulan lagi, kelas terakhirku akan berakhir di tanggal 30 November nanti. Aku seperti tidak bisa mendeskripsikan apa perasaan yang tengah kuhadapi, senang, sedih, dan mungkin juga agak bersemangat untuk menghadapi duniaku yang sebenarnya. Aku tak sabar untuk memenuhi salah satu keinginanku, memiliki sebuah studio apartemen sederhana di tengah kota Jakarta lengkap dengan alat masaknya. Haha..

Keluargaku yang selalu berpindah-pindah membuatku benar-benar ingin memiliki kamar sendiri yang bisa kuhias semauku kelak. Mendorong troli sendirian di tengah-tengah toko perabot dan membiarkan diriku sibuk memilih barang apa yang harus kubeli duluan, karena pasti aku harus menyicil barang per barang sebelum berakhir tragis dengan gaji sebulanku yang habis sebelum waktunya -_-. Sweater merah muda oversize, sendal rumah, mug yang juga merah muda dengan hati merah darah di tengahnya yang berisi susu vanila dingin, sebuah kursi dengan sandaran punggung dan meja kecil di samping akan lengkap jika ditemani balkon 2x2 dari lantai atas dan angin malam Jakarta yang semilir.

Aku tahu kalau akan ada banyak hal untukku beradaptasi nanti, mengingat daya adaptasiku yang memang paling payah. Banyak masalah yang mungkin harus kuhadapi dan kupelajari, mungkin juga akan ada ribuan galon air mata yang menanti di depannya, tetapi aku percaya kalau Allah yang selalu kuandalkan dan yang menjadi tempat pertamaku berkeluh kesah akan melakukan apa yang terbaik untukku. Mungkin sekelilingku akan terasa sepi, tapi aku yakin ada saatnya aku akan dijemput oleh laki-laki yang dipilihkan Allah untukku. Kelak, semua akan indah pada waktunya, bukan?

Kamis, 08 November 2018

Hai

Diposting oleh Alda Putri di 06.53 0 komentar
Aku itu pencari kesedihan, paling senang menangis. Aku lebih memilih menikmatinya, tentram rasanya kalau hatiku berdenyut tiap menit. Aku sering bahagia, tapi selalu dibayang-bayangi olehmu...

Hai, sudah lama kita tak bersapa. Apa tulisan ini dapat disebut bersapa, ketika aku bersua dan kau hanya membaca? Aku menikmatinya, kubiarkan engkau memperhatikan dan terjerumus dalam kepura-puraanku. Bingung? Kau tak perlu bingung, tulisan ini memang untukmu. Untukmu yang tak terduga sebelumnya...

Jadi, bagaimana kabarmu? Aku rindu. Kau pasti tau kabarku, kau hanya pura-pura tuli. Biar saja, memang pintaku. Kau sehat? Masih bisa tertawa lepas? Yang paling membuatku penasaran, apakah kilau matamu saat tertawa itu masih sama?
 

Signatures of Blossom Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos