Mungkin bisa dibilang kalau aku senang sekali begitu diajak ke BSD. Aku yang biasanya rewel kalau berpergian jauh, kini kutelan bulat-bulat rasa capek itu. Kita sempat-sempatnya nonton Eiffel in Love 2 sambil memakan squid goreng yang super duper gede. Perut belum bernapas, langsung dihajar lagi dengan mcflurry oreo dan strawberry cheese. Kita masih sempat bertukaran eskrim, karena ternyata aku lebih suka eskrimmu. Ini beneran suka, atau karena itu eskrim milikmu? Haha, tapi kali ini aku beneran suka kok..
Kita pulang larut sekali, lupa kalau rumahku jauh dari BSD. Kudekap punggungmu erat-erat sambil melihat sekeliling jalanan, mencoba benar-benar mengingat suasana kala itu. Udaranya, suaramu, ramainya jalan, ditiap menitnya kuhirup dalam-dalam. Kutenggelamkan lagi kepalaku di pundakmu, mendengar suaramu yang tak bisa menutupi lelahmu. Aku mencintai setiap incimu, setiap pertanyaan lelah yang selalu kau jawab dengan sanggahanmu..
Malam itu akupun tidur dengan nyenyaknya. Tak lupa aku membersihkan diri sebelumnya sembari menunggu kabarmu. Aku kembali tersenyum ketika mengingat beberapa kejadian konyol kita berdua. Berulang kali aku mengucap doa di dalam hati, aku tak sanggup jauh darimu lebih dari ini..
Pagi itu lagi-lagi aku terbangun sambil tersenyum, kamu membangunkanku sekitar jam 7 pagi. Aku memang sudah berjanji untuk membantu kakakku memasak teottbokki dan pada akhirnya aku agak mengabaikan pesanmu, without any purpose. Setelah selesai berberes dan memasak, seketika aku tergelak membaca pesanmu. "Mas dah mandi loooo" "Siap jalan sama bebeb akuh lagi" "Dih ga d bales ya Allah" "Emang ga kangen lagi lah adek sama mas tu Huft". Demi dewa neptunus, rasanya aku rela membayar berapapun agar bisa memelukmu erat-erat sampai pingsan, ke-alay-an yang HQQ kalau kata anak nowadays.
Kita sempat bingung saat menentukan tempat mana yang mau kita kunjungi. Berhubung ini Jakarta, akhirnya kita lagi-lagi memutuskan untuk melewati hari di PIM. Sempat agak ngambek karena hal yang bahkan sudah kulupakan, kitapun bergegas ke Starbucks dengan crepes yang hampir habis. Aku ingat betul bahwa kita duduk didepan kaca yang menghadap ke lobby, ngedubbing in mereka yang menggerakkan mulut tapi tak bersuara. Kitapun memutuskan untuk makan malam di tempat nasi uduk yang biasa kita makan, kalau tak salah di daerah Kemang. Haha, so happy karena kita sudah punya tempat yang rutin kita kunjungi seperti orang-orang lainnya.
Keesokan harinya juga kita lewati dengan sempurna, hampir *kesempurnaan milik Allah SWT btw*. Aku yang dari kemarin penasaran bagaimana bentuk pantai Ancol, akhirnya kesampaian untuk kesana lagi. Sebelumnya ada sih yang ngidam makan pizza hut, jadi kita memutuskan agak kepojok sebentar. Ditambah dengan eskrim AW dan sebungkus ketoprak, kita mengelilingi pantai yang isinya bapak-emak-anak Squad yang lagi kekurangan bahan hiburan. Setelah si rewel ini agak mengeluhkan capek, akhirnya kita beristirahat sebentar dan bergegas ke St. Pasar Senen. Kali ini gaada drakor-drakor pertengkaran sebelum balik ya. Bahkan, masih sempat-sempatnya dibawain roti keju dan aqua haha.
And after all things that we spent for 3 days, so thankful to know you dear. No wishes needed sepertinya, cuma mau we get stronger time by time to face the problem next. Semangat untuk next project sampai next plan kita kedepannya, I'm counting the days. See ya on next Saturday..
Jumat, 30 Maret 2018
Sabtu, 03 Maret 2018
Yogyakarta dan Ceritaku
Perlahan...
Karena semua dimulai tanpa adanya prolog di awal cerita. Aku bercerita, tanpa henti, tanpa jeda, tanpa memberi kesempatan hatiku menjerit. Dengan bodohnya aku pergi, tanpa menghiraukan perasaanku yang kala itu tengah gerimis berkabut. Aku meninggalkan semua hal, yang kini tengah kusesali, sangat...
Berubah...
Semua butuh proses, menumbuhkan satu dengan segala sebab yang akan menjadi efek sampingnya. Melupakan semua yang harus dilupakan, tapi berbekas tanpa adanya obat yang bisa menutupinya. Aku menangis, kamu menangis, karena memang saling cinta. Air mata mengalir, tanpa pemandu. Bahkan, ciumanmu masih nyata, masih bisa menggores perasaanku yang bodoh sekali kemarin...
Berakhir...
Kita akhiri semuanya, dengan ucapan penuh perasaan yang terlampau sesak. Genggaman tanganmu seperti tak rela melepasku, tapi ragamu yang melakukannya. Ego yang membawa cerita kala itu, mengabaikan keinginan sebenarnya yang tak ayal ingin mendekapmu dalam-dalam. Ingin membisikkanmu kata cinta dalam diam, tepat di daun telingamu karena aku tak rela dinikmati yang lain. Tetapi semuanya hanya ada di sekelebat pikiranmu, tanpa ada wujud implementasi sekalipun...
Yogyakarta,
20 Agustus 2017.
Karena semua dimulai tanpa adanya prolog di awal cerita. Aku bercerita, tanpa henti, tanpa jeda, tanpa memberi kesempatan hatiku menjerit. Dengan bodohnya aku pergi, tanpa menghiraukan perasaanku yang kala itu tengah gerimis berkabut. Aku meninggalkan semua hal, yang kini tengah kusesali, sangat...
Berubah...
Semua butuh proses, menumbuhkan satu dengan segala sebab yang akan menjadi efek sampingnya. Melupakan semua yang harus dilupakan, tapi berbekas tanpa adanya obat yang bisa menutupinya. Aku menangis, kamu menangis, karena memang saling cinta. Air mata mengalir, tanpa pemandu. Bahkan, ciumanmu masih nyata, masih bisa menggores perasaanku yang bodoh sekali kemarin...
Berakhir...
Kita akhiri semuanya, dengan ucapan penuh perasaan yang terlampau sesak. Genggaman tanganmu seperti tak rela melepasku, tapi ragamu yang melakukannya. Ego yang membawa cerita kala itu, mengabaikan keinginan sebenarnya yang tak ayal ingin mendekapmu dalam-dalam. Ingin membisikkanmu kata cinta dalam diam, tepat di daun telingamu karena aku tak rela dinikmati yang lain. Tetapi semuanya hanya ada di sekelebat pikiranmu, tanpa ada wujud implementasi sekalipun...
Yogyakarta,
20 Agustus 2017.
Langganan:
Postingan (Atom)