Setelah sekian lama, akhirnya aku menyempatkan menulis blog di akhir bulan September ini. Mungkin ada beberapa hal yang ingin kukeluhkesahkan kepada kalian, kalian yang entah siapa aku juga tak tahu. Aku juga ingin berkeluh kesah pada diriku sendiri, yang akan membacanya kembali di masa yang akan datang.
Hari ini, aku baik-baik saja. Hari berjalan sebagaimana mestinya, begitu juga hubunganku dan pekerjaanku. Ngantor-Pulang-Ngantor-Pulang memang menjadi rutinitasku sekarang. Udara pekat di paginya Jakarta sudah menjadi sarapanku, tak lupa sambil memeluk erat punggung jaket Mas dan menghirup dalam-dalam wewangian Mas. Hari-hariku terasa menjadi hari istimewa, karena setiap pagi aku menunggu Mas menjemput untuk berangkat kerja bersama.
Sudah lebih dari 7 bulan aku menetap di Jakarta, 7 bulan selalu bertatap muka dengan Mas setelah hampir setahun setengah LDR. Jam pulang kantor juga menjadi amat istimewa, karena lagi, aku juga bertemu Mas untuk pulang bersama. Hari-hari yang 3 bulan belakangan ini kulalui seperti mimpiku 2 tahun yang lalu, dimana aku masih terbelenggu dalam pekatnya kamar dengan remangnya lampu tidur, menunggunya tengah bekerja untuk pulang. Kini aku juga sudah bekerja, kami sudah siap untuk lebih sering bertemu kedepannya.
10 September 2019, hampir 2 pekan lalu, merupakan hari jadi kami yang kedua tahun. Tak terasa waktu terus saja berlalu, apa yang kami cita-citakan 2 tahun lalu, semakin hari semakin jelas. Memaksa kami untuk mengambil langkah mulai dari sekarang, tak peduli langkah itu kecil atau besar. Pola pikir juga dituntut berubah, dengan kedewasaan yang mungkin kami saja yang dapat merasakan. Tumbuh bersama dan menguat bersama, terkadang kami juga tersandung dan terkilir sehingga salah satu dari kami harus membopong badan berat nan penuh peluh sang pasangan.
Lagu Payung Teduh kini tengah mengalun, menemaniku menulis sambil menunggu Mas menjemput ke kantor. Terkadang, aku yang menjemputnya, karena jarak kantornya ke rumah lebih dekat jika dibandingan dengan kantorku. Terkadang kalau terlambat bangun, dialah yang mengantarku karena jam kerjanya lebih lambat setengah jam dari jam kerjaku. Ya, 5 menit yang lalu Mas baru saja mengabariku bahwa ia tengah menuju kantorku dan mengingatkanku untuk sholat maghrib terlebih dahulu.
Lagu Payung Teduh juga merupakan lagu pertamaku saat pertama mengenal Mas, judulnya Akad. Hehe, manis sekali rasanya kemarin. Mari lupakan obat pahitnya, kita kenang saja cerita bahagianya. Aku selalu menunggu malam sabtu dan malam minggu, menunggu telepon darinya hanya untuk berbincang tak tentu arah. Aku, lebih memilih LDR dan berjalan bareng Mas ketimbang dengan mereka yang dekat dan melempariku seribu satu kata manis. Mungkin berat diawal, tapi kalau aku bisa memutar waktu, dapat kupastikan kalau aku akan berani jatuh kembali dan tetap memilih Mas.
Happy belated 2nd anniversary sayang, I feel blessed to have you rn. Aku siap untuk cerita-cerita kita selanjutnya. Aku amat sangat berterima kasih karena Mas membiarkan aku dan Mas hidup di kehidupan yang aku dan Mas cita-citakan. Terima kasih sudah mengalah dan mengikuti citaku sekarang, aku pastikan kalau mas akan bangga. Untuk setiap doa dan rencana kita kedepannya, aamiinku selalu melantun di setiap akhir kalimatnya. Aku amat tak sabar untuk melalui hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun bareng Mas.
Tak terasa sudah hampir 4 tahun aku menulis di blog ini, ups and downs hidup juga kutumpahkan ke dalam tiap tulisan blog ini. Amat bersyukur akan hobiku ini, yang mungkin tulisanku tak seapik mereka-mereka yang pandai merangkai kata atau lihai dalam berbahasa inggris. Insyaallah, 3 tahun lagi aku bisa bawa mas menetap dan mencoba kehidupan di luar Indonesia, seperti yang mas inginkan sebelumnya. Insyaallah aku bisa merangkul mas untuk merasakan tiap kebahagiaan yang kelak akan aku rasakan. Insyaallah aku bisa membopong mas dikala mas jatuh dan memeluk mas dikala mas perlu kekuatan. Insyaallah 3 tahun lagi kita sudah bisa merasakan salju yang bergulir teruntai di samping jendela kita. Aku amat senang menjadikan mas peran penting di setiap langkah kehidupan kita.
Aku juga hendak berterima kasih kepada Masku yang selalu mengikutsertakanku dalam setiap keputusan di hidupmu. Aku amat sangat bahagia karena menjadi saksimu tumbuh, berkembang, dan menjadi kian dewasa, sayang. Tawa jenakamu itu yang paling aku kangenin. Terima kasih sudah menungguku tumbuh dewasa, bersabar dengan sifat kekanak-kanakanku dulu sampai sekarang. Terima kasih juga untuk tak henti belajar untuk memperbaiki diri juga. Mas pernah bilang, kalau aku terlalu besar untuk menjadi bagian yang hilang di hidupmu, aku merupakan tujuanmu, dan aku merupakan setengah jiwamu. Mungkin terkesan berlebihan, tapi aku yakin itu benar, karena Mas pun separuh jiwaku, merupakan tujuanku, dan mas akan menjadi bagian yang terlalu besar jika hilang dari hidupku. Adek sayang sama mas, sangat sayang...