Malam ini, kuluangkan sedikit waktuku untuk menuliskan cerita tentang dirimu. Mungkin cerita senduku sudah memenuhi kotak posmu. Mungkin juga derai air mataku tak bisa lagi kau bendung seperti dulu. Maaf ya, aku ternyata hanya tempat pemberhentianmu sementara. Maaf juga jika jemariku tak kuat menahan deru angin yang sedemikian kuatnya.
Kini semuanya baik-baik saja, tetapi mengapa hatiku terus menerus meneriaki namamu? Mengapa air mataku menetes dengan lantang tanpa kendali? Mengapa seperti ada gaungan yang menyuruhku mundur darimu? Apakah boleh aku menepis itu semua? Apakah boleh aku pura-pura tak tahu dan kembali memainkan peranku di pentas kita?
Aku tak tahu kemana kita bermuara. Aku juga tak tahu apa maksudmu menarikku sedemikian jauhnya. Perasaanmu terlalu pudar untuk terlihat di teropongku, apa memang rasa sayangmu sudah berubah menjadi belas kasihan?
Tak perlu berpikir sedemikian keras, tulisan ini hanya tumpahan air mataku yang tak sempat keluar. Inilah aku, hanya bisa menuangkan jeritan dalam tulisan. Apa yang harus kulakukan agar aku percaya padamu?
Aku tak suka menyerah, aku pun tak suka berhenti. Akan tetapi, apalah daya jika kaki ini tak kuasa menarik goresan cerita kita? Apa kuasaku jika jembatan terhenti tanpa mampu menyelesaikan bait terakhirnya?
Aku sadar, kau tak seperhatian itu sampai kau melihat tulisan ini. Kau tak sepeka itu sampai kau memperhatikan apa yang selalu kulakukan saat aku terdiam. Mungkin saja kau baru akan membacanya disaat kita tak lagi berlomba untuk menggambar jingganya elegi di sekitar mentari. Mungkin saja kau menyadari tulisan ini, disaat pelangi tak lagi seindah sekarang.
Aku bukanlah perempuan yang selantang dalam pikiranmu. Aku tetap menangis untuk hal sepele. Sudahlah, jangan kau hiraukan derasnya air mataku. Anggap saja ini caraku berkomunikasi denganmu. Aku mencoba, mencoba mengukir cerita kita seindah cerita di dalam novel-novel favoritku. Akan tetapi, kamu pasti tahu kan kalau mobil takkan bisa berjalan jika kehilangan salah satu rodanya? Kamu pasti tahu kan besar cinta sang bulan terhadap matahari sampai ia rela memudar? Kamu pasti tahu kan kalau dayungan yang berbeda arah itu membuat sampan kecil kita tak bergerak kemana-mana?
Senin, 13 Maret 2017
Langganan:
Postingan (Atom)