25th December 2015
Kembali dengan tempat yang berbeda, jiwa yang berbeda, perasaan yang berbeda, dan mimpi yang berbeda. Mungkin "hidup kembali" adalah kata yang paling tepat menggambarkan keadaan hari ini, jam ini, detik ini. Seakan menghirup dunia baru, seakan melupakan apa saja yang sudah kulewati, baik hal yang pantas diingat maupun tidak. Akhirnya pilihan untuk pindah adalah hal yang selayaknya dipilih, seakan memberi bayangan baru, seakan meniup ujung tombak yang hampir menyentuh sang elang.
Semua tak sesederhana pikiranku, semua butuh proses. Tetap berpindah membuatku mengerti alur cerita di latar yang berbeda. Berlari, berlari, seakan kita kabur dari awan hitam yang terlihat berusaha mengejar, bahkan hanya untuk menggapai helaian rambut. Seakan simfonipun membunyikan dentingan keras untuk menembus hal yang sepatutnya tak akan terjadi, bahkan tak akan terpikirkan.
Dan anak itu datang, anak yang mengulurkan tangannya, membuka jemarinya, seakan berkata "akulah dirimu". Anak yang pernah kutemui, entah kapan, entah dimana, entah bagaimana. Hempasan sang 'silhouette', seakan memaksaku untuk berlari ke arah sang 'kilauan', yang kelak akan memberi mimpi baru, setidaknya membangunkan kembali mimpi yang sudah lama terlelap sangking asyiknya berpangku tangan menunggu hal yang dapat memberinya secercah cahaya. Tuhan, biarkan aku menyandarkan seluruh tubuhku yang tengah kelelahan, seluruh tubuhku yang lemah termakan waktu.
Dan saat itu akan datang, dimana aku, dan sang anak pembawa 'kilauan', tengah berjalan di tengah-tengah gedung pencakar langit, menyeret kaki satu persatu diantara kapas putih yang membeku, saling merapatkan syal dan topi, dan mendengar serangkaian lagu yang akan menjadi kebiasaan kami.
Untuk mimpi baru, New York, London, dan Paris. Untuk sang pemberi harapan, A man who's belong with me.